Jejak Langkah Seorang Pujangga Pelayan Publik
Catatan Sabtu pagi ; secangkir kopi panas di rumah.
Saat embun belum sepenuhnya menguap dari dedaunan, dan suara burung
masih berlomba dengan gemericik air, pikiran ini mengalir untuk menuliskan
kembali jejak pengabdian sebagai seorang ASN.
Ada rasa sedih yang menyelusup pagi ini, terutama setelah mendengar
kabar tentang seorang sahabat di Sumatera—juga alumni IPDN—yang tersandung
masalah dalam menjaga integritas. Sebagai sesama alumni dan rekan seidealisme,
kabar itu seperti luka yang tak berdarah. Kita mungkin berbeda jalan, tapi
beban menjaga kehormatan profesi ini adalah milik bersama.
Di tengah gemuruh aktivitas birokrasi yang kadang kaku dan penuh
prosedur, ada satu nama yang menyelipkan kelembutan sastra dalam setiap
tugasnya: sebagai bagian dari alumni
IPDN Angkatan 3, yang oleh teman-temannya dijuluki "Pujangga
Birokrasi". Bukan tanpa alasan—saya memang senang merangkai kata, menulis
puisi tentang pelayanan, bahkan menyelipkan bait-bait dalam keseharian. Bagi-ku,
menjadi ASN bukan hanya tentang menjalankan tugas, tetapi juga menyentuh nurani
masyarakat.
Kini,Saya menjalani pengabdiannya
sebagai Widyaiswara di BPSDM Provinsi Jawa Barat. Sebuah peran yang menurutnya
tidak hanya menuntut penguasaan substansi, tapi juga keteladanan. Saya menyadari,
dalam setiap sesi pelatihan, bukan hanya ilmu yang ditransfer, tapi juga nilai
dan karakter. Ia selalu menekankan pentingnya integritas sebagai fondasi
kompetensi ASN.
"Integritas itu bukan materi slide, tapi napas dari seluruh proses
belajar. Kalau saya minta peserta jujur, saya harus lebih dulu jujur dalam
menilai, dalam menyampaikan, dan dalam bersikap," ujarnya dalam satu sesi
pelatihan.
Sebagai Widyaiswara, Saya sering berdiskusi dengan rekan2 sejawat, agar
kita tidak hanya mampu mentransfer knowledge aja,, tapi bagaimana seorang WI
mampu menjadi role model dalam bersikap dan bertindak. Saya tidak jarang mengkritisi
kurikulum yang dianggap terlalu normatif. Ia aktif menyusun modul pelatihan
yang kontekstual, menggugah, dan reflektif. Ia mendorong metode pembelajaran
berbasis studi kasus nyata, agar peserta tidak sekadar tahu, tapi mampu
bersikap.
Dalam perjalanan kariernya, Saya pun pernah menghadapi banyak dilema.
Suatu ketika, ia diminta menandatangani dokumen proyek yang prosesnya cacat.
Tekanan datang dari berbagai arah. Tapi ia menolak. Bukan dengan teriak-teriak
atau konfrontasi, melainkan dengan surat resmi berisi catatan keberatan lengkap
dan dasar hukumnya. Ia tahu, sikapnya bisa membuatnya "dimusuhi".
"Integritas itu seperti menanam pohon di musim kemarau. Lambat
tumbuh, tapi kalau bertahan, akarnya akan kuat sekali," tulisnya dalam
catatan refleksi tahunan.
Tak semua hari gelap. Banyak pula momen-momen indah, seperti saat ia
menjadi mentor CPNS baru. Ia dikenal sebagai mentor yang sabar, tapi tajam. Ia
sering mengajak anak-anak muda ASN menulis jurnal pribadi tentang pengalaman
kerja mereka. “Supaya kita tak hanya bekerja, tapi juga berpikir dan merasa,”
ujarnya.
Suatu kali, seorang CPNS bertanya, “Pak, gimana bisa bertahan jujur di
tengah sistem yang kadang abu-abu?”
Dengan tersenyum saya menjawab . “Kita ini alumni IPDN. Kita dilatih
keras bukan untuk tunduk pada sistem yang rusak, tapi untuk memperbaikinya.
Jangan cuma bangga pernah apel jam 4 pagi, kalau sekarang enggak bisa nolak
titipan.”
Saya pun juga pernah dipercaya sebagai bagian dari Panitia Besar PB PON Jabar serta panitia pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan PON di Jawa Barat. Dalam posisi tersebut, cukup banyak menghadapi tantangan luar biasa—banyak tekanan, kepentingan, dan potensi benturan kepentingan. Namun, saya selalu berusaha tetap teguh. Ia memastikan seluruh proses pengadaan berjalan sesuai prosedur, tanpa kompromi. Alhamdulillah, dengan kekompakan serta tekad yang sama dengan seluruh stakeholder, pelaksanaan perhelatan Nasional di Jawa Barat tsb berjalan tertib dan sukses , bukan hanya Jawa Barat sebagai Juara dalam PON XVI namun juga sukses dalam pengelolaan anggaran PON tersebut.
"PON itu ajang olahraga, tapi buat saya itu juga ajang ujian integritas. Di tengah hiruk-pikuk proyek dan target, kita harus tetap sadar: uang negara adalah amanah, bukan kesempatan," ujarnya dalam satu forum evaluasi.
Di lingkungan kerjanya, saya mencoba menjadi penyeimbang. Ketika pimpinan
terlalu normatif, saya mencoba hadir dengan pendekatan humanis. Ketika staf terlalu
pragmatis, saya coba hadir dengan pengingat etika. saya menulis, saya berbicara, tapi yang
paling penting—kita semua harus konsisten. Konsisten dalam hal kecil, seperti tidak pernah
memanipulasi daftar hadir, hingga hal besar, seperti menolak gratifikasi dalam
bentuk apapun.
Dalam berbagai pelatihan kepemimpinan ASN yang saya fasilitasi di level Esselon IV, III dan II, Saya selalu menekankan satu hal penting: bahwa
integritas dimulai dari diri sendiri. Saya percaya, pemimpin yang mampu memimpin dirinya
sendiri dengan jujur dan disiplin akan lebih mampu membimbing orang lain dengan
adil dan bermartabat.
Dan sebagai penutup dari setiap pelatihannya, Saya sering berpesan, "Jagalah integritasmu
seumur hidup, karena itulah yang akan membuatmu tetap berdiri tegak saat
jabatan dan kekuasaan tak lagi kau genggam. Pelayan publik yang sejati bukan
hanya terlihat dari seragam atau tanda pangkat, tapi dari keberanian menjaga
hati tetap bersih meski dunia sekelilingnya keruh."
Itulah warisan sejati dari seorang pujangga birokrasi. Sebuah warisan
integritas, untuk bangsa, untuk generasi selanjutnya.
Pantun Integritas:
Bunga mawar harum di taman,
Disiram embun tiap pagi.
Jujur, disiplin dalam tindakan,
Itulah pelita abdi sejati.
Langit cerah tiada mendung,
Burung terbang di ujung pagi.
Integritas jangan pernah hilang,
Walau godaan datang menghampiri.
Begitulah Pujangga Birokrasi , harus mampu menjalani tugasnya. Dengan
cinta pada kata, dan setia pada makna. Di jalan sunyi integritas, kita harus
mampu berjalan perlahan, tapi pasti.
Karena bagi kita , menjadi ASN bukan hanya pekerjaan, tapi peran kehidupan. peran kehidupan yang kita pilih dalam perjuangan dalam rangka mewujudkan Bangsa ini lebih maju dan sejahtera.....
Aamiin Yra
Bandung, 24 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar