Pengalaman Memberikan Materi Agenda 3 Kedudukan dan Peran ASN, Smart ASN, dan Manajemen ASN di Latsar CPNS Indramayu

Pengalaman Memberikan Materi Agenda 3 Kedudukan dan Peran ASN, Smart ASN, dan Manajemen ASN di Latsar CPNS Indramayu

by budy hermawan

Selasa pagi, 5 Agustus 2025, udara Bandung terasa segar dan sedikit berangin. Saya duduk di ruang kerja rumah, di meja yang sudah menjadi pusat kendali setiap kali harus menyampaikan materi secara daring. Laptop sudah menyala sejak pukul 07.30, dan saya memastikan semua file presentasi, baik materi Smart ASN maupun Manajemen ASN, sudah terbuka dan siap dibagikan. Di sisi kanan laptop, secangkir kopi hitam panas kiriman dari sahabat dari aceh gayo mengepulkan aroma khas yang menambah semangat. Saya cek koneksi internet, lampu indikator router menyala stabil, dan layar Zoom sudah siap menampilkan daftar peserta. Pukul 07.45, beberapa peserta mulai masuk ke ruang Zoom, muncul dalam kotak-kotak kecil di layar, wajah-wajah muda penuh semangat yang siap mengikuti Latsar CPNS Kabupaten Indramayu. Beberapa masih tampak menyesuaikan posisi kamera, ada yang sibuk memperbaiki jilbab, ada yang merapikan kerah kemeja. Adam muncul pertama, memberi senyum lebar dan melambaikan tangan. Disusul Fatimah yang duduk di meja dengan latar belakang rak buku sederhana. Durotun terlihat memeriksa headset-nya. Rahmat datang sambil sedikit terengah, mungkin baru saja menyiapkan perangkat. Fajar sudah siap dengan kemeja putih rapi, dan Ronald muncul terakhir dengan headset besar yang terlihat seperti milik gamer profesional.


Pukul 07.50, saya menyapa, “Selamat pagi semuanya, apakah suara saya terdengar jelas?” Adam menjawab cepat, “Jelas, Pak.” Fatimah menambahkan, “Video juga jelas.” Saya tersenyum, “Baik, berarti kita siap mulai.” Waktu terus berjalan menuju pukul 08.00, dan saya memanfaatkan beberapa menit terakhir untuk menanyakan kabar, “Bagaimana cuaca di Indramayu pagi ini?” Rahmat menjawab, “Cerah, Pak, tapi agak panas.” Durotun menimpali, “Kalau di rumah saya, matahari sudah terik dari tadi.” Suasana mulai cair dengan sedikit tawa. Tepat pukul 08.00, saya resmi membuka sesi,

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi, salam sehat dan salam semangat.” Serentak, para peserta menjawab salam. Saya memperkenalkan diri, “Saya Drs. Budy Hermawan, M.Si, widyaiswara di BPSDM Provinsi Jawa Barat. Hari ini kita akan membahas Agenda 3 Latsar CPNS: Kedudukan dan Peran ASN, Smart ASN, dan Manajemen ASN. Waktu kita sampai pukul 09.30, jadi kita manfaatkan dengan interaktif.”

Saya membuka slide pertama yang berjudul “Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI untuk Mendukung Smart Governance” dan menjelaskan bahwa ASN adalah pilar penting pemerintahan. “ASN bukan sekadar pekerjaan, tetapi amanah dan panggilan untuk mengabdi. Sebagai ASN, kita memiliki tanggung jawab menjalankan kebijakan publik, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, dan menjaga persatuan bangsa.” Rahmat mengangguk setuju. Saya jelaskan lebih detail bahwa peran ASN meliputi tiga hal utama: sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. “Fungsinya juga tidak kalah penting,” lanjut saya, “ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat serta pemersatu bangsa.”

Durotun mengangkat tangan virtual dan bertanya, “Pak, bagaimana caranya ASN bisa menjadi perekat bangsa di tengah banyaknya perbedaan?” Saya menjawab dengan serius, “Kuncinya ada pada integritas, netralitas, dan kemampuan berkomunikasi lintas budaya. ASN harus mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi. Kita ini pengawal negara, bukan pengawal kepentingan kelompok.” Fajar menimpali, “Berarti kita juga harus mampu mengendalikan opini pribadi saat melayani publik, ya Pak?” “Betul sekali,” jawab saya, “Itu bagian dari etika profesi ASN.”


Setelah itu, saya mengarahkan materi ke konsep Smart ASN. Slide berikutnya menampilkan definisi, dan saya membacakan, “Smart ASN adalah ASN yang memiliki kompetensi digital, inovatif, adaptif terhadap perubahan zaman, dan mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Konsep ini sejalan dengan upaya reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.” Saya paparkan delapan karakteristik Smart ASN: integritas, nasionalisme, profesional, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Ronald mengangkat tangan, “Pak, kalau bahasa asing belum lancar, gimana?” Saya menjawab, “Tidak masalah, yang penting mulai belajar. Bahasa asing akan membantu saat berhadapan dengan informasi global atau tamu dari luar negeri.”

Saya melanjutkan dengan pembahasan literasi digital yang menjadi pondasi Smart ASN. “Literasi digital bukan hanya bisa mengoperasikan perangkat, tapi juga menggunakannya secara produktif, etis, aman, dan sesuai budaya digital.” Adam mengangguk, lalu bertanya, “Pak, apa yang dimaksud literasi digital yang aman?” Saya menjelaskan empat pilar literasi digital: keterampilan digital (digital skills), budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics), dan keamanan digital (digital safety). Saya memberikan contoh etika digital seperti menjaga privasi, menghormati hak cipta, dan menghindari penyebaran hoaks. Rahmat tersenyum, “Jadi kalau di grup WA kantor ada info nggak jelas, sebaiknya kita cek dulu ya, Pak?” “Betul,” saya menjawab, “Itu bagian dari tanggung jawab ASN.”

Sesi berlanjut dengan materi Manajemen ASN. “Manajemen ASN adalah serangkaian proses pengelolaan untuk mewujudkan ASN yang profesional, punya nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik KKN,” saya terangkan. Saya uraikan aspek pengelolaannya: perencanaan, pengadaan, pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penggajian, penilaian kinerja, disiplin, hingga jaminan pensiun dan hari tua. Durotun bertanya, “Pak, pengembangan kompetensi itu minimal berapa jam?” “Minimal 20 jam pelatihan per tahun,” jawab saya sambil menekankan bahwa belajar adalah proses berkelanjutan.

Fajar penasaran, “Kalau promosi jabatan, apakah otomatis berdasarkan masa kerja?” Saya menjelaskan, “Tidak otomatis. Ada sistem merit, yaitu kebijakan yang menempatkan seseorang dalam jabatan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil, tanpa diskriminasi.” Ronald menambahkan pertanyaan, “Kalau ada rekrutmen, berarti harus transparan ya, Pak?” “Ya, transparansi adalah prinsip utama,” jawab saya. Saya memberikan contoh kasus di beberapa instansi yang berhasil menerapkan sistem merit sehingga pegawai yang dipromosikan benar-benar berdasarkan kemampuan, bukan karena kedekatan pribadi.

Diskusi semakin hidup ketika saya mengajak peserta membedah masalah birokrasi yang sering dihadapi. Saya menyebutkan bentuk-bentuk patologi birokrasi seperti duplikasi fungsi, red tape, dan KKN. Adam memberi komentar, “Kalau di lapangan, sering ada prosedur yang terlalu berbelit-belit, ya Pak?” Saya mengangguk, “Itulah tantangan yang harus kita perbaiki. Smart ASN harus berani memotong jalur birokrasi yang tidak efisien, tentu dengan cara yang sesuai aturan.”

Menjelang pukul 09.20, saya memutar sedikit arah diskusi ke isu motivasi. Fatimah bertanya, “Pak, bagaimana menjaga motivasi agar tetap melayani dengan hati?” Saya tersenyum, “Ingatlah bahwa kita pelayan publik. Kalau kita melayani dengan tulus, hasilnya akan terasa oleh masyarakat, dan itu sumber kepuasan kita.” Rahmat menambahkan, “Jadi kita harus selalu belajar dan beradaptasi ya, Pak?” “Betul,” jawab saya, “Siapa pun yang berhenti belajar akan ketinggalan. Seperti kata Henry Ford, siapa pun yang berhenti belajar sudah tua, baik pada usia 20 atau 80 tahun.”


Pukul 09.30, saya menutup sesi, “Terima kasih untuk partisipasi aktifnya. Semoga materi ini bermanfaat untuk perjalanan karier ASN Anda semua.” Para peserta memberi tepuk tangan virtual, dan layar Zoom dipenuhi senyum puas. Saya menutup laptop dengan rasa lega, karena pagi itu saya tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga berbagi semangat dan optimisme bahwa generasi baru ASN Indramayu siap menjadi bagian dari birokrasi yang profesional, bersih, dan melayani.

 

Tetaplah Semangat menjemput harapan baru
Indonesia yang damai dan sejahtera

Dirgahayu Indonesia ke 80

Merdeka !!

Merdeka !!

Merdeka !!

 

Komentar