Oleh
Budy Hermawan
Widyaiswara BPSDM Jawa Barat
Di era
5.0 Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu menjawab tantangan dunia yang serba
smart, canggih, modern, cepat serta akuntabel. Pegawai di pemerintah Provinsi
Jawa Barat sebanyak 39.863 orang, dengan rincian PNS 32.973 orang , CPNS 556 orang dan PPPK 6.504 orang. Sumber BKD Jabar. Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Barat yang telah mengadopsi
sistem Corporate University telah melakukan inovasi-inovasi dalam rangka
mengakselerasi peningkatan kompetensi ASN khususnya di Jawa Barat. BPSDM Jawa
Barat selaku Learning Organization secara terus menerus berinovasi untuk dapat
melahirkan para leader masa depan yang akan memegang tampuk kepemimpinan
di birokrasi Jawa Barat. Pemimpin yang smart dan berintegritas harus mampu
menjadi tauladan bagi pengikut-pengikutnya dalam suatu organisasi. Dalam
kondisi VUCA saat ini, diperlukan pemimpin yang tangguh dan ulet untuk menjadi
seorang pemimpin perubahan yang mampu membawa organisasi mencapai tujuan. Dalam
tulisan sederhana ini, penulis mencoba mengangkat pemahaman tentang pengertian
dan penjelasan mengenai Leadership dan Followership
Beberapa
teori menyebut, leader adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain, dan punya
kewenangan manajerial. Leadership memiliki peran untuk memimpin sebuah
kelompok guna mencapai tujuan tertentu. Faktor yang mempengaruhi perilaku
leadership antara lain adalah leader, followership dan situasi.
Leader,
menurut stephen P Robbins dan Mary Coulter (2013) didefinisikan sebagai
seseorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain dan mempunyai
kewenangan menejerial. Leadership adalah apa yang dilakukan oleh
pemimpin/proses memimpin sebuah kelompok untuk mencapai tujuan. Stoner
mendefinisikan leadership ebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh
pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan.
Kepemimpinan
menyangkut orang lain, yakni dengan bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka
untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu
menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat
berjalan. Tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan seorang menejer akan
menjadi tidak relevan.
Pemimpin
juga menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara para
pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak
dapat mengarahkan kegiatan kegiatan pemimpin secara langsung. Meskipun dapat
juga melalui cara tidak langsung.
Pemimpin
dapat menggunakan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah
bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana
bawahan dapat melaksanakan perintahnya. Misalnya, seorang leader dapat
mengarahkan bawahan untuk melaksanakan
tugas tertentu, tetapi dia dapat mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu di laksanakan dengan tepat.
Sementara
followership adalah kemampuan untuk mengambil arah untuk mendapatkan hasil di
balakang program. Followership juga bisa diartikan sebagai bawahan yang
memiliki daya lebih kecil, otoritas dan pengaruh dari pada atasan mereka.
Faktanya followership memang menjadi posisi yang belum “dianggap” (Kalley, 2010
).
Pada
tatanan organisasi leadership lebih dianggap dari pada followrship. Namun
demikian, peran penting followership tetap diakui. Bagaimana pun juga, seorang
leadership memerlukan followership untuk mencapai tujuan organisasi atau tujuan
kepemimpinan.Followership yang efektif tidak selalu mudah.
Followership
efektif menampilkan keberanian untuk memikul tanggung jawab, partisipasi dalam
transformasi untuk melayani orang lain dan meninggalkan organisasi jika
diperlukan. Strategi untuk menjadi follower yang efektif termasuk menjadi
sumber daya, membantu leader untuk menjadi leadership yang baik, membangun
hubungan dengan leader dan melihat pemimpin secara realistis.
Di
zaman globalisasi ini, konsep leadership berkembang seiring pesatnya teknologi,
followership menjadi punya peranan penting dalam keberhasilan leadership baik
followership yang secara riil ataupun followership yang memberikan dukungannya
melalui media, meskipun leadership dan followership berbeda tetapi memiliki
peran timbal balik. Leadership yang efektif sama pentingnya dengan followership
yang efektif.
Dahulu
ada anggapan bahwa hanya orang orang tertentu yang di lahirkan dengan bakat
sebagai pemimpin (leader are born) namun dalam perkembangan zaman sebagian
besar leader di ciptakan melalui proses, tumbuh dan berkembang dari bawah, di
tempa oleh berbagai pengalaman, ketekunan, kerja keras, displin yang tinggi
serta serta tidak pernah berhenti belajar sepanjang hidupnya (leaders are
made).
Leader
dikenal bukan hanya karena posisi
jabatannya, tetapi karena ciri leadership-nya dan ajaran yang berguna
bagi masyarakat, bangsa dan generasi yang akan datang. Di Indonesia, kita mengenal
Presiden Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan dan leadership bagi bangsa
dengan ajarannya nation and character building, Jenderal Sudirman seorang
leader yang tidak pernah kenal menyerah, Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh
pendidikan nasional dengan Tut Wuri Handayani. Di India ada tokoh Mahatma Gandi
yang diakui sebagai leader besar dalam sejarah serta penggerak ahimsa
(menghindari/anti kekerasan) dan satya graha (menjalankan kebenaran).
Variabel-variabel
tersebut, menurut Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt Kekuatan dalam diri
leadership yang mencakup: Kekuatan diri sendiri, kekuatan dalam diri para
bawahan dan situasi. Menurut konsep ini,
pendekatan yang paling efektif sebagai leadership sedapat mungkin bersifat
“fleksibel”, yaitu memilih prilaku leader yang dibutuhkan dalam waktu dan
tempat tertentu.
Di
lain pihak, followership tetap memiliki peran penting bagi keberhasilan sebuah
organisasi. Menurut James Burns (2016),
setidaknya ada dua jenis followership, yakni followership aktif dan followership
pasif. Followership aktif dicirikan dengan dukungan yang diberikan murni tanpa
membeda-bedakan, memiliki antusiasme, cerdas dan mandiri. Karena itu, ia memiliki peran dalam membentuk
arah kerja organisasi. Dia juga memiliki kompetensi dan keterampilan untuk
bertindak sendiri dan menyelesaikan pekerjaananya dengan baik.
Sementara
followership pasif memberikan dukungan kepada leadership dengan
membeda-bedakan, membabi buta mengikuti perintah leader atau kurang
perhitungan, bisa menguntungkan ataupun bisa merugikan leadership.
Sedangkan
menurut Prof Robbert Kalley (2016), ada 5 jenis pengikut, yakni (1) the herd
followe, yakni follower yang pasif dan memerlukan motivasi eksternal, kurang
berkomitmen dan memerlukan pengawasan eksternal (2) the flattering followe,
yakni komitmen untuk pemimpin dan misi, cenderung keras kepala mempertahankan
pemimpin dari oposisi orang lain (3) the self serving follower yakni berada di
belakang ide leader, punya ide kontroversial dan unik tetapi tetap tidak mau
tampak menonjol (4) the renegade follower bernada negatif, frontal, sering
menanyakan keputusan dan tindakan dari pemimpin (5) the ethical follower yakni pemikir positif,
aktif dan independen, tidak akan menerima keputusan begitu saja dari seorang
leader, tidak mudah percaya dan akan
beevaluasi terus. Tipe ini dapat dipercaya bahkan ketika leader tidak hadir
bisa menggantikan peran leader.
Menyitir
dari Prof Carnegie Mellon Robert Calley, fakta yang terjadi, kebanyakan dari
kita lebih sering menjadi followership daripada leaderships. Bahkan ketika kita
mempunyai bawahan, kita masih punya leader juga, tidak ada seseorang yang murni
sebagai leadership. Seorang leadership pasti juga followership.
Contohnya,
Steve Jobs yang menjadi leadership pada banyak hal harus menjadi followership
untuk para direksi, pemegang saham, para pelanggannya bahkan followership bagi
istrinya di rumah. Menjadi followership
yang lebih baik akan membuat kita menjadi leadership yang lebih baik juga.
Setiap
Leadership yang besar juga sebagai follower besar. Followership akan selalu
berada dalam bayang–bayang leadership, tetapi tidak ada leadership tanpa
followership, atau tidak ada leadership yang sukses jika hanya memiliki
followership yang lemah. Followership yang banyak dan loyal akan mempercepat
tujuan seorang leader atau leadership. Followership yang efektif dan leadership
yang efektif terkadang adalah orang yang sama tetapi memainkan peran pada hari
yang berbeda.
ASN
yang profesional dan berintegritas harus menjadi suri tauladan dalam memimpin
setiap level dan tanggung jawabnya. Seorang pemimpin yang baik lahir dari
rangkaian proses waktu yang cukup panjang melalui tahapan pengembangan
kompetensi, pelatihan serta habituasi dalam setiap tugas dimanapun berada yang
tentunya hanya ASN yang memiliki mental dan spiritual yang tangguh yang mampu
mencapai goals yang telah ditetapkan. Jawa Barat dengan Visi menjadi Jabar
Juara dengan Inovasi dan Kolaborasi tentunya memerlukan ASN yang memiliki
mental, moral dan kompetensi yang tinggi dalam rangka mewujudkan seluruh
harapan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Bandung, 08 Juni 2022
👍👍
BalasHapus