KEPEMIMPINAN SUNDA BAGI ASN JAWA BARAT

KEPEMIMPINAN SUNDA BAGI ASN JAWA BARAT

Kalau bicara tentang kepemimpinan Sunda, kita sebetulnya sedang membahas tentang seni memimpin dengan hati. Ya, hati! Karena dalam falsafah Sunda, kepemimpinan itu bukan soal jabatan tinggi, melainkan tentang rasa tanggung jawab, kejujuran, dan kebijaksanaan.

Sebagai ASN di Jawa Barat, kita ini pewaris budaya Sunda. Bukan sekadar budaya dalam seni tari atau pakaian adat, tetapi juga budaya dalam cara berpikir, bersikap, dan memimpin.

Dalam ajaran Sunda, dikenal istilah silih asah, silih asih, silih asuh. Ini bukan sekadar kata-kata manis, tapi prinsip hidup yang jadi fondasi kepemimpinan Sunda.

Silih asah artinya saling mengasah, saling mengingatkan, saling memberi ilmu. Silih asih artinya saling menyayangi, saling peduli, tidak tega melihat orang lain kesusahan. Silih asuh artinya saling membimbing, saling melindungi.

Lalu, apa hubungannya dengan ASN? Wah, erat banget! ASN itu pelayan masyarakat. Jadi, ketika memimpin, seorang ASN Jawa Barat seharusnya menampilkan tiga sikap tadi. Bukan hanya memimpin dengan aturan, tapi juga memimpin dengan kasih sayang dan kepedulian.

Bayangkan kalau semua ASN di Jawa Barat menerapkan silih asah, silih asih, silih asuh. Lingkungan kerja akan terasa nyaman, pelayanan publik pun jadi humanis.

Dalam modul Wawasan dan Spirit Kesundaan, ada juga yang disebut kawani, kawasa, kawijaksanaan. Ini tiga pilar penting dalam kepemimpinan Sunda.

1)       Kawani berarti keberanian. Pemimpin Sunda harus berani mengambil keputusan, berani menghadapi risiko, dan berani membela yang benar.

2)       Kawasa berarti memiliki kekuatan, tapi bukan untuk menindas. Kekuatan di sini adalah kemampuan untuk menyatukan, memperbaiki, dan menegakkan aturan.

3)       Kawijaksanaan berarti kebijaksanaan. Pemimpin Sunda harus bijak, tidak asal bicara, dan selalu mempertimbangkan segala sisi sebelum mengambil keputusan.

Pemimpin yang hanya berani tanpa bijak, bisa gegabah. Pemimpin yang hanya bijak tapi tak berani, bisa ragu-ragu. Maka idealnya, pemimpin Sunda itu punya tiga-tiganya: berani, kuat, dan bijaksana.

Sebagai contoh, dulu ada tokoh Sunda legendaris, yaitu Prabu Siliwangi. Beliau dikenal sangat bijaksana, tegas, dan dekat dengan rakyat. Prabu Siliwangi tidak hanya mengandalkan kekuasaan, tetapi juga hati nurani. Beliau adalah simbol kepemimpinan yang santun tapi tetap tegas.

ASN di Jawa Barat bisa belajar dari figur seperti ini. Memimpin itu bukan sekadar soal perintah atau target kinerja. Memimpin juga soal menghadirkan keteladanan, menjadi panutan bagi yang lain.

Dalam konteks modern, kepemimpinan Sunda relevan untuk diterapkan. Kita hidup di era serba cepat, tapi bukan berarti kita harus meninggalkan akar budaya. ASN di Jawa Barat harus memimpin dengan mengutamakan prinsip gotong royong, musyawarah, dan mufakat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan tanpa rembukan.  Di kantor, prinsip ini bisa diterapkan dalam rapat-rapat. Semua pendapat didengar, keputusan diambil bersama, dan hasilnya dipikul bersama. Ini bukan hanya indah secara teori, tapi memang efektif dalam membangun kerja sama.

ASN Jawa Barat juga perlu menjaga komunikasi yang santun. Bahasa Sunda itu terkenal lemah lembut. Dalam komunikasi sehari-hari, hindari kata-kata kasar atau perintah yang bernada tinggi.

Sebagai ASN, kita juga diajarkan untuk selalu andap asor, rendah hati, tidak sombong. Pemimpin Sunda tidak pernah menempatkan diri di atas, tapi selalu turun tangan bersama bawahan.

Ada istilah 'ulah kagok sagala kudu merenah'. Artinya, jangan gegabah, segala sesuatu harus dilakukan dengan pertimbangan matang.

Dalam bekerja, ASN harus telaten, tekun, dan sabar. Tidak semua hasil bisa langsung tampak. Seperti bertani, kadang kita menanam hari ini, hasilnya baru panen bulan depan. ASN Sunda juga dikenal dengan prinsip caina herang, laukna beunang. Ini artinya, keputusan yang diambil harus jernih, bersih, dan adil. Tidak ada yang merasa dirugikan. Jika ada masalah di kantor, jangan cepat panas. Selesaikan dengan musyawarah, kepala dingin, dan hati terbuka. Itulah seni memimpin ala Sunda.

Jangan lupa, ASN juga harus punya rasa hormat kepada orang tua, atasan, dan sesama. Prinsip hormat ka kolot ini tidak lekang oleh zaman. Sebagai ASN Sunda, kita juga diajarkan pentingnya ngajaga leungeun batur. Artinya, menjaga perasaan orang lain. Jangan sampai kata-kata kita melukai hati rekan kerja.

Dalam pelayanan publik, ASN Jawa Barat bisa mengedepankan prinsip someah hade ka semah. Ramah kepada tamu, baik kepada semua warga. Ini bukan sekadar slogan, tapi fondasi pelayanan yang tulus. ASN juga perlu memegang prinsip ulah ngapung lamun dipuji, ulah pareumeun obor lamun dihina. Jangan besar kepala saat dipuji, dan jangan putus asa saat dikritik. Kepemimpinan Sunda menekankan pentingnya integritas. Pemimpin Sunda harus lurus, jujur, dan bisa dipercaya. Tanpa integritas, semua prinsip lainnya akan runtuh.

ASN juga harus menjadi contoh dalam pengelolaan keuangan yang bersih. Tidak boleh tergoda oleh gratifikasi atau penyalahgunaan wewenang. Mengutamakan keadilan sosial juga bagian dari kepemimpinan Sunda. ASN di Jawa Barat harus memastikan setiap warga mendapatkan pelayanan yang adil. Budaya Sunda juga mengajarkan pentingnya tepa salira, yaitu tenggang rasa. ASN harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan rekan kerja. Pemimpin Sunda juga tidak lepas dari prinsip gotong royong. Setiap pekerjaan besar harus diselesaikan bersama, bukan hanya dibebankan pada satu orang.


ASN juga harus menjaga kesederhanaan. Tidak perlu pamer harta atau jabatan. Pemimpin Sunda sejati justru dikenal karena kesederhanaannya. Dalam menghadapi tantangan zaman, ASN Jawa Barat tetap bisa berpegang pada nilai-nilai Sunda. Kita bisa menjadi pemimpin modern tanpa melupakan akar budaya. Kepemimpinan Sunda bukan hanya tentang aturan, tapi tentang nilai, rasa, dan nurani. ASN Jawa Barat adalah garda terdepan untuk meneruskan semangat ini.

Dengan menerapkan semua prinsip ini, ASN di Jawa Barat akan menjadi pemimpin yang disegani, dicintai, dan dikenang karena kebaikannya. Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri. ASN Jawa Barat, yuk jadikan kepemimpinan Sunda sebagai pedoman setiap hari. Tidak hanya di kantor, tapi juga di rumah dan masyarakat. Karena sesungguhnya, kepemimpinan Sunda itu sederhana: mengutamakan hati, nurani, dan kebaikan.

Namun, kepemimpinan Sunda bukanlah konsep yang statis. Ia tumbuh mengikuti zaman, menyesuaikan dengan tantangan baru, tanpa kehilangan akar nilai yang diwariskan leluhur. Di tengah era digital seperti sekarang, ASN di Jawa Barat dihadapkan pada tantangan teknologi, pelayanan berbasis digital, hingga tuntutan transparansi yang lebih tinggi. Tapi tenang, nilai-nilai kepemimpinan Sunda tetap relevan.

Contohnya, dalam dunia digital, prinsip silih asah bisa diterapkan dengan cara saling berbagi ilmu teknologi. ASN yang lebih paham teknologi bisa membimbing rekan kerjanya yang belum terbiasa. Ini bentuk silih asah zaman modern.

Silih asih juga bisa diwujudkan melalui empati dalam dunia kerja daring. Di tengah kesibukan, saling menyapa lewat pesan singkat atau video call untuk memastikan kondisi rekan kerja tetap sehat secara fisik dan mental adalah wujud nyata silih asih. Silih asuh bisa dijalankan dengan mentoring atau pendampingan berbasis daring. ASN yang senior tetap bisa membimbing ASN junior lewat media digital.

Di masa sekarang, ASN di Jawa Barat juga bisa menguatkan prinsip kawani dengan berani mengambil inisiatif untuk inovasi layanan digital. Berani mengubah pola lama menjadi lebih efisien adalah bukti nyata kawani. Kawasa di era ini berarti memanfaatkan kekuatan jaringan digital untuk menjangkau lebih banyak warga, tanpa harus mengabaikan mereka yang belum terbiasa dengan teknologi.

Kawijaksanaan dalam kepemimpinan digital berarti bijak dalam bermedia sosial, tidak asal berbagi informasi, serta mampu menjaga citra ASN di ruang publik daring. Selain itu, ASN juga bisa menerapkan prinsip rembugan dalam dunia kerja digital, misalnya dengan memanfaatkan forum daring untuk diskusi dan musyawarah. Dalam pengambilan keputusan, ASN tetap bisa menjaga prinsip caina herang, laukna beunang dengan transparansi digital, misalnya lewat laporan berbasis daring yang bisa diakses oleh publik.

ASN yang memegang prinsip kepemimpinan Sunda akan mampu menghadirkan suasana kerja yang harmonis meskipun fisiknya berjauhan. Prinsip someah hade ka semah juga bisa diterapkan dalam pelayanan publik berbasis digital. Tampilan ramah pada laman layanan daring dan bahasa santun dalam komunikasi daring adalah wujud nyata dari prinsip ini.

ASN Jawa Barat perlu menyadari bahwa kepemimpinan Sunda bukan soal romantisme masa lalu. Ini adalah bekal untuk masa depan yang lebih baik. Menjadi pemimpin Sunda berarti menjadi teladan yang mampu memadukan antara kearifan lokal dan modernitas. Di era kolaborasi, prinsip gotong royong bisa diperluas melalui kerja sama lintas instansi, bahkan lintas daerah, dengan memanfaatkan teknologi.

ASN Jawa Barat perlu terus mengembangkan rasa tepa salira, terutama ketika menghadapi warga yang beragam latar belakangnya. Kesederhanaan tetap menjadi daya tarik pemimpin Sunda. Dalam dunia yang penuh dengan pencitraan, kesederhanaan justru menjadi magnet.

Kepemimpinan Sunda juga mengajarkan tentang pentingnya keseimbangan hidup. ASN perlu menjaga keseimbangan antara tugas kantor dan keluarga. ASN Jawa Barat yang memegang teguh nilai-nilai Sunda akan mampu menghindari perilaku arogan atau otoriter. Kepemimpinan Sunda juga mengajarkan pentingnya jujur dalam bertindak, apa adanya, tidak dibuat-buat. Dalam menghadapi tantangan global, ASN Sunda dapat menjadi role model nasional, menunjukkan bahwa budaya lokal bukan penghambat kemajuan.

ASN Jawa Barat yang memahami prinsip-prinsip kepemimpinan Sunda bisa menjadi agen perubahan, membawa harmoni di tengah modernisasi. Kepemimpinan Sunda adalah jalan tengah antara ketegasan dan kelembutan, antara prinsip dan fleksibilitas. Melalui kepemimpinan Sunda, ASN Jawa Barat diharapkan mampu menyebarkan aura positif di lingkungan kerjanya. Tak hanya di kantor, nilai kepemimpinan Sunda juga bisa diterapkan di lingkungan keluarga, organisasi sosial, dan kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian, kepemimpinan Sunda adalah warisan berharga yang terus hidup, relevan, dan aplikatif di setiap zaman. ASN Jawa Barat, mari terus rawat dan amalkan kepemimpinan Sunda dengan sepenuh hati. Ingat, pemimpin Sunda itu bukan sekadar memerintah, tapi juga menjadi pelindung, pembimbing, dan teladan.

Sadayana, urang amalkan kepemimpinan Sunda di setiap langkah kita.

Hatur nuhun, salam someah, sareng tetap sumanget dina ngajaga kabudayaan Sunda dina kinerja ASN Jawa Barat!

 

 

Komentar