Cerita Reflektif
Akreditasi “B” buat PKN Tingkat II Jawa Barat di Tahun 2025 !!
Senin Pagi, udara di sekitar kompleks BPSDM Jawa Barat terasa sejuk, namun suasananya berbeda dari biasanya. Ada rasa canggung, ada rasa resah, bahkan sebagian besar pegawai berjalan dengan langkah pelan seolah membawa beban berat di pundaknya. Kabar yang sejak beberapa hari lalu hanya berupa bisik-bisik akhirnya menjadi nyata: hasil akreditasi PKN Tingkat II dari LAN sudah keluar. Dan hasilnya mengejutkan banyak pihak.Bukan lagi nilai A yang selama bertahun-tahun menjadi kebanggaan, melainkan hanya nilai B. Sebuah penurunan yang tidak bisa dipandang remeh. Penurunan ini langsung menjadi bahan pembicaraan, tidak hanya di kalangan internal, tetapi juga sampai ke telinga para pejabat serta alumni pelatihan . Di ruang-ruang diskusi informal, banyak yang mulai bertanya-tanya: “Apa yang sebenarnya terjadi di BPSDM Jawa Barat?”
Sebagian orang menyalahkan faktor teknis. Ada yang bilang bahwa sistem penilaian LAN sudah semakin ketat, tidak lagi longgar seperti sebelumnya. Ada juga yang beralasan bahwa faktor sarana prasarana kini tidak lagi menjadi penentu utama. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri: penurunan akreditasi ini juga mencerminkan adanya penurunan profesionalisme dan integritas di tubuh penyelenggara maupun widyaiswara.
Widyaiswara, yang selama ini dianggap sebagai ujung tombak, mulai terlihat kelelahan. Sebagian masih menunjukkan dedikasi tinggi, tetapi tidak sedikit pula yang mulai kehilangan semangat. Materi yang seharusnya terus diperbarui seringkali hanya diulang-ulang. Metode pembelajaran yang seharusnya kreatif dan interaktif, kadang berubah menjadi sekadar formalitas. Padahal, para peserta PKN Tingkat II datang dengan harapan besar: mendapatkan bekal kepemimpinan yang segar, relevan, dan inspiratif.
Penyelenggara pun tidak lepas dari sorotan. Administrasi yang berantakan, koordinasi yang lemah, serta laporan yang terlambat menjadi catatan buruk. Seolah ada kebiasaan baru: pekerjaan dilakukan asal selesai, bukan asal benar. Semua hal kecil itu, ketika dikumpulkan, menjadi gunung persoalan yang akhirnya berdampak pada mutu akreditasi.
Dalam sebuah rapat refleksi, seorang pejabat senior berkata dengan nada lirih, “Kita jangan menyalahkan orang lain dulu. Mari kita bercermin. Akreditasi B ini adalah cermin diri kita. Kalau dulu kita bisa A, kenapa sekarang tidak?” Kalimat itu menohok banyak orang. Karena memang benar, dahulu BPSDM Jawa Barat pernah menjadi kebanggaan nasional. Nilai A bukan hanya sekadar angka, melainkan simbol integritas, profesionalisme, dan kerja keras bersama.
Kini, dengan turunnya nilai menjadi B, seakan ada pesan keras dari LAN: jangan terlena dengan fasilitas megah, jangan puas dengan reputasi masa lalu. Mutu sejati ada pada sikap, komitmen, dan konsistensi. Seorang widyaiswara muda bahkan berkomentar, “Kalau kita tidak segera berubah, jangan-jangan tahun depan bukan lagi B, tapi bisa turun lebih jauh.” Ucapannya disambut dengan geleng kepala oleh rekan-rekannya. Semua sadar, inilah titik balik yang harus segera ditangani.
Dalam suasana refleksi yang berat namun penuh tanggung jawab, pada akhirnya surat resmi dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) sampai ke meja Gubernur Jawa Barat. Surat itu tebal, penuh catatan, dan bernada formal namun tegas. Isinya menjadi cermin yang tak bisa ditolak, sekaligus pengingat bahwa kualitas penyelenggaraan pendidikan ASN bukanlah sekadar seremoni, melainkan soal komitmen nyata.
Dalam surat tersebut, LAN menegaskan bahwa hasil akreditasi PKN Tingkat II Jawa Barat tahun 2025 adalah B, sebuah penurunan dari capaian sebelumnya. LAN menyebut bahwa penilaian ini dilakukan melalui proses yang objektif, dengan melibatkan tim asesor independen yang menelaah dokumen, menyaksikan proses pembelajaran, dan mewawancarai peserta serta penyelenggara.
LAN menuliskan bahwa penurunan akreditasi ini bukan disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana. Justru LAN memberi catatan, bahwa gedung yang luas, asrama yang megah, serta fasilitas modern yang dimiliki BPSDM Jawa Barat bukanlah faktor penentu utama mutu pembelajaran. Mutu, kata LAN, sepenuhnya ditentukan oleh kualitas penyelenggara dan widyaiswara.
Surat itu juga menegaskan bahwa faktor utama yang menjadi kunci keberhasilan adalah profesionalisme dan integritas. Ketika profesionalisme mulai luntur, maka persiapan, metode, dan inovasi pembelajaran menjadi tumpul. Ketika integritas menurun, maka komitmen, disiplin, serta semangat pengabdian ASN yang seharusnya ditularkan kepada peserta ikut melemah.
LAN menyoroti bahwa pada beberapa kesempatan, ada materi yang disampaikan secara berulang tanpa pembaruan substansi. Beberapa widyaiswara terlihat kurang siap, bahkan ada yang hanya mengandalkan bahan ajar lama tanpa inovasi. Hal ini dinilai sebagai indikator turunnya profesionalisme.
Dalam surat itu, LAN juga menuliskan adanya catatan terkait tata kelola penyelenggaraan. Ada beberapa dokumen administrasi yang tidak tertata rapi, evaluasi pembelajaran yang tidak lengkap, dan laporan yang terlambat disampaikan. Semua hal kecil itu, bila dikumpulkan, menjadi gambaran penurunan kualitas manajerial penyelenggara.
LAN menyampaikan bahwa capaian akreditasi B tetaplah sebuah pengakuan, bahwa BPSDM Jawa Barat masih layak menjadi penyelenggara PKN Tingkat II. Namun, LAN juga menekankan bahwa nilai B bukanlah akhir, melainkan peringatan dini. Peringatan agar Jawa Barat kembali bangkit, menata diri, dan mengembalikan kejayaan yang dulu pernah diraih.
Surat tersebut juga mengutip sejarah: tahun 2010, Jawa Barat berhasil meraih nilai A untuk pertama kali karena keseriusan dalam memperkuat jajaran widyaiswara, termasuk dengan melibatkan widyaiswara utama dari kabupaten/kota. Tahun 2015 dan 2020, Jawa Barat kembali mempertahankan nilai A karena adanya semangat kebersamaan, integritas, dan inovasi. Namun tahun 2025, kondisi itu menurun.
LAN menutup suratnya dengan kalimat tegas namun penuh harapan:
“Nilai B bukanlah tanda kegagalan. Nilai ini adalah tanda peringatan, agar Jawa Barat tidak terlena oleh kemegahan gedung dan fasilitas. Keberhasilan pendidikan ASN hanya bisa ditopang oleh integritas, profesionalisme, dan komitmen tulus para penyelenggara dan widyaiswara. Oleh karena itu, kami berharap Gubernur Jawa Barat dapat mengambil langkah-langkah perbaikan strategis untuk mengembalikan mutu BPSDM Jawa Barat sebagai barometer pelatihan kepemimpinan di Indonesia.”
Surat itu ditandatangani oleh Deputi Bidang Penjaminan Mutu Pengembangan Kapasitas dan Pembelajaran ASN ; Ibu Armi Winarty dengan stempel elektronik resmi. Isinya menjadi cermin yang memaksa seluruh jajaran di BPSDM Jawa Barat untuk menundukkan kepala, merenung, sekaligus berjanji akan bangkit kembali.
Dan pada akhirnya, narasi panjang ini ditutup dengan tekad bersama:
Kami, penyelenggara dan jajaran widyaiswara, akan selalu berkomitmen untuk melaksanakan pembelajaran pelatihan ASN dengan semangat, kualitas pelayanan, profesionalisme, dan integritas yang terbaik.
Refleksi Re-Akreditasi
PKN II di saat momen HUT RI ke 80
Bandung, 17
Agustus 2025
Tata bahasa dan narasinya bagus tapi sayang ada beberapa paragraf yang terlalu berlebihan dan tidak sesuai fakta, mohon sebelum menerbitkan tulisan agar menggali dulu sumber informasinya
BalasHapus