Api Semangat Bela Negara Latsar CPNS Angkatan 1, 2, dan 3 Kabupaten Indramayu
Pagi itu, cahaya matahari baru saja
muncul dari ufuk timur ketika suasana di BPSDM Jawa Barat sudah tampak berbeda
dari biasanya. Di lapangan utama, ratusan peserta Latsar CPNS Kabupaten
Indramayu angkatan 1, 2, dan 3 mulai berdatangan dengan wajah penuh semangat.
Langkah-langkah mereka terdengar mantap, meskipun sebagian masih menyimpan rasa
kantuk akibat jadwal padat selama pelatihan. Hari itu bukan hari biasa, sebab
kegiatan Api Semangat Bela Negara—yang akrab disebut ASBN—akan digelar sebagai
bagian penting dari pembentukan karakter ASN muda.
Sejak awal kedatangan, panitia sudah
mengatur jalannya kegiatan dengan rapi. Para peserta diarahkan berkumpul di
lapangan untuk mengikuti apel pembuka. Setelah pengarahan singkat, mereka
kemudian dibagi ke dalam sepuluh kelompok. Pembagian ini dilakukan bukan semata
untuk memudahkan pengelolaan, melainkan juga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan
lintas angkatan. Masing-masing kelompok terdiri dari peserta yang beragam,
sehingga setiap individu belajar untuk beradaptasi, saling mengenal, dan
bekerja sama dengan rekan baru. Sorak-sorai kecil terdengar ketika panitia
mengumumkan nama-nama anggota kelompok, ada yang langsung akrab, ada pula yang
masih malu-malu. Namun suasana itu menambah kehangatan pagi hari.
Tidak lama setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan tes kesamaptaan. Para peserta diarahkan untuk bersiap lari secara berkelompok di lingkungan BPSDM jawa Barat sepanjang satu kilometer yang sudah disiapkan di sekitar kompleks BPSDM. Instruktur memberikan aba-aba, dan dengan semangat, peserta mulai berlari sesuai arahan. Nafas mereka teratur, langkah kaki terdengar berpadu seperti irama yang kompak. Beberapa peserta yang terbiasa olahraga tampak ringan saja menempuh jarak itu, sementara yang lain harus berjuang menahan lelah. Namun tak ada yang menyerah. Sorakan penyemangat dari teman-teman kelompok membuat suasana penuh energi. Setiap peserta merasakan arti penting menjaga fisik yang sehat, karena seorang ASN dituntut tangguh dan sigap dalam menghadapi berbagai tantangan. Setelah selesai lari; peserta latsar secara bergantian melaksanakan sit up dan full up secara bergantian.
Setelah tes kesamaptaan, peserta
mendapat waktu sejenak untuk istirahat singkat. Air mineral yang dibawa oleh
masing2 peserta dalam thumbler diteguk dengan lahap, peluh diusap, dan
wajah-wajah yang tadi tegang kini mulai tersenyum lega. Panitia kemudian
mengarahkan mereka ke sesi berikutnya: pengenalan Peraturan Baris-Berbaris atau
PBB. Dengan sikap tegap, peserta mengikuti instruksi pelatih yang memberi
contoh gerakan dasar. Ada yang masih kaku, ada pula yang sudah luwes, namun
semuanya berusaha sebaik mungkin. Suara komando menggema di lapangan, “Hormat,
gerak!” “Lencang kanan, gerak!” dan peserta serentak bergerak dengan semangat.
Walaupun beberapa kali terdengar tawa karena gerakan yang belum serempak,
suasana tetap penuh kesungguhan. PBB menjadi simbol disiplin, kebersamaan, dan
kepatuhan pada aturan—nilai yang tak boleh lepas dari seorang ASN.
Waktu terus berjalan, dan tibalah
saat makan siang. Peserta diarahkan ke menza yang sudah disediakan, mengambil
makan siang secara tertib, dan menikmatinya bersama anggota kelompok. Sambil
makan, obrolan ringan mengalir—ada yang membahas hasil lari, ada yang bercanda
soal baris-berbaris, ada pula yang merenung tentang makna kegiatan sejak pagi.
Suasana itu memperlihatkan bagaimana sebuah pelatihan bukan hanya soal teori,
melainkan juga tentang membangun pengalaman kebersamaan yang tak ternilai.
Selepas istirahat siang, kegiatan
kembali serius, kegiatan bergeser ke suasana yang lebih ringan. Panitia
menyiapkan beberapa game hiburan untuk seluruh peserta. Game-game ini bukan
sekadar hiburan kosong, melainkan sarana membangun solidaritas. Ada permainan
estafet sederhana yang menguji kerja sama, ada pula permainan strategi yang
mengandalkan komunikasi antar anggota kelompok. Tawa peserta meledak ketika
salah satu tim melakukan kesalahan kecil, namun justru itulah yang membuat
suasana semakin hangat. Semua peserta larut dalam kegembiraan, lupa sejenak
pada rasa lelah. Game hiburan ini memberi ruang untuk saling mengenal lebih
dekat, menumbuhkan kepercayaan, dan menyatukan energi positif di antara mereka.
Setelah peserta istirahat dan melaksanakan sholat ashar, Panitia sudah menyiapkan sesi latihan upacara ASBN yang akan dilaksanakan menjelang malam. Peserta diarahkan ke lapangan, kemudian dilatih untuk memahami susunan acara, posisi barisan, hingga tata cara pelaksanaan. Instruktur memberikan arahan detail: kapan harus berdiri tegak, kapan memberi hormat, bagaimana menjaga kekompakan barisan, dan bagaimana sikap khidmat ketika api unggun nanti dinyalakan. Peserta berlatih dengan penuh konsentrasi, meskipun sesekali harus diulang karena gerakan belum serentak. Namun justru dari pengulangan itu, mereka belajar arti disiplin dan ketelitian.
Menjelang sore, latihan semakin
intensif. Suasana sempat mencekam, Ketika Kawasan BPSDM diguyur hujan cukup
lebat,,,beberapa personal penyelenggara dan WI sempat berembug mempersiapkan rencana lain bila hujan turun di malam hari,
yaitu ASBN akan dialihkan ke Ballroom BPSDM. Sementara peserta tetap berbaris
dengan penuh perhatian. Instruksi terakhir diberikan, dan latihan ditutup
dengan evaluasi singkat. Instruktur mengingatkan bahwa apa yang mereka latih
sore itu hanyalah simulasi, sedangkan malam nanti adalah pelaksanaan sesungguhnya,
sebuah momen yang akan dikenang seumur hidup. Peserta mendengarkan dengan
sungguh-sungguh, karena mereka tahu malam nanti akan berbeda.
Ketika waktu menjelang magrib tiba,
latihan dihentikan. Peserta diarahkan kembali ke wisma untuk beristirahat,
membersihkan diri, dan bersiap menghadapi puncak acara. Di lapangan, panitia
sudah menyiapkan segala sesuatu untuk malam hari. Tumpukan kayu besar ditata di
tengah lapangan, lampu sorot mulai dipasang, dan panggung kecil untuk pembina
upacara dibereskan. Suasana lapangan berubah perlahan, dari hiruk pikuk latihan
menjadi hening yang penuh harap. Para peserta pun merasa semakin dekat dengan
momen yang mereka tunggu: upacara Api Semangat Bela Negara, di mana api unggun
akan menjadi saksi kobaran semangat mereka sebagai calon ASN pengabdi bangsa.
Puncak Api Semangat Bela Negara (ASBN)
Malam perlahan menyelimuti kawasan
BPSDM Jawa Barat. Udara sejuk khas pegunungan menyusup ke lapangan utama,
tempat seluruh rangkaian kegiatan Latsar CPNS Kabupaten Indramayu Angkatan 1,
2, dan 3 akan mencapai puncaknya. Setelah seharian penuh mereka ditempa dalam
pembagian kelompok, tes kesamaptaan, pengenalan PBB, permainan hiburan, hingga
latihan simulasi upacara, tibalah saat yang paling ditunggu: Api Semangat
Bela Negara (ASBN).
Lapangan utama telah disiapkan.
Lingkaran obor siap menyala, menciptakan cahaya remang-remang yang khidmat. Di
tengah lingkaran, tumpukan kayu api unggun berdiri gagah, siap menjadi saksi
ikrar suci para peserta. Semua peserta berdiri rapi dalam formasi melingkar,
wajah mereka serius namun penuh antusias.
Lampu diseputaran lapang apel yg
biasa digunakan kegiatan ASBN, mulai dimatikan, suasana gelap gulita, Ketika
upacara dimulai, Pembina Upacara, Drs. Budy Hermawan, M.Si—Widyaiswara
BPSDM Jawa Barat sekaligus Ketua APWI Jawa Barat—memimpin dengan suara tegas
namun penuh wibawa. Pembina menekankan bahwa bela negara bukan hanya
seremonial, melainkan komitmen ASN untuk mengabdi tanpa pamrih, menjunjung
integritas, serta menjaga persatuan bangsa. Suasana menjadi hening, setiap kata
beliau menggema dan menembus hati para peserta.
Pada saat itulah, prosesi sakral
dilaksanakan: lima perwakilan peserta Latsar CPNS maju ke tengah
lapangan. Dengan langkah mantap, mereka menyalakan obor yang kemudian disatukan
untuk membakar tumpukan kayu. Seketika api unggun menyala terang, dan pada
momen itulah upacara ASBN resmi dimulai bersamaan dengan berkobarnya api
semangat bela negara. Api yang menjulang itu bukan sekadar kobaran kayu,
melainkan simbol tekad, harapan, dan pengabdian para calon ASN untuk bangsa dan
negara.
Jalannya upacara dipandu tidak hanya
oleh Pembina Upacara, tetapi juga didampingi oleh para Widyaiswara: Pa Dedi
Suryadi, Pa Ade, dan Pa Acep Mutaqin. Pa Dedi mengingatkan
pentingnya disiplin sebagai nafas ASN, Pa Ade menekankan arti loyalitas dan
tanggung jawab pengabdian, sementara Pa Acep dengan gaya komunikatifnya
membakar semangat peserta agar siap menghadapi tantangan birokrasi di masa
depan.
Saat api unggun terus menjulang, para
peserta menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh penghayatan. Cahaya oranye api
memantulkan wajah-wajah penuh tekad. Prosesi mencium bendera marah putih , Adalah
salah satu momen yang sangat sakral dalam acara ASBN ini, Dimana para peserta
latsar secara bergantian memberikan hormat serta mencium ujung bendera merah putih sebagai wujud tekad
pengabdian dan loyalitas kepada Bangsa dan negri yang kita cintai. Malam itu,
para peserta benar-benar merasakan bahwa mereka bukan sekadar calon ASN, tetapi
calon abdi negara dengan jiwa bela negara yang menyala.
Refleksi dan Penutup Kegiatan Malam
Api unggun terus berkobar,
menari-nari di tengah lingkaran peserta Latsar CPNS Kabupaten Indramayu
Angkatan 1, 2, dan 3. Setelah prosesi inti upacara Api Semangat Bela Negara
(ASBN) selesai, suasana beralih menjadi lebih reflektif. Para peserta diminta untuk
duduk melingkar, masih menghadap ke arah api yang menyala terang di tengah
lapangan.
Suasana hening sejenak, hanya
terdengar suara api yang berderak memakan kayu. Dalam keheningan itu, para
Widyaiswara memandu sesi renungan bersama. Pa Dedi Suryadi memulai
dengan mengajak peserta merenungkan perjalanan mereka sejak pagi: dari lari
kesamaptaan,full up, Sit up, latihan
PBB, hingga perjuangan menjaga semangat saat latihan upacara. “Semua itu
hanyalah permulaan,” ujarnya, “tantangan sesungguhnya adalah bagaimana kalian
bisa menjaga disiplin dan konsistensi ketika kembali ke instansi
masing-masing.”
Sebagai penutup, Pa Dedi Suryadi kembali berdiri di depan api unggun. Dengan
suara penuh wibawa, beliau menegaskan bahwa kegiatan ASBN ini adalah momentum
pembentukan karakter. “Ingatlah,” ucapnya, “api ini akan padam, tapi semangat
kalian jangan pernah padam. Jadilah ASN yang bukan hanya bekerja, tetapi
mengabdi. Bukan hanya hadir, tetapi memberi arti.”
Usai pesan penutup itu, api unggun
dibiarkan terus menyala sebagai simbol semangat yang tak pernah padam. Peserta
lalu bersama-sama menyanyikan lagu perjuangan yang menggema di bawah langit
malam. Suasana terasa begitu sakral sekaligus menggetarkan hati.
Kegiatan malam itu ditutup dengan
salam kebersamaan. Para peserta, meski kelelahan setelah seharian penuh
aktivitas, pulang dengan wajah cerah dan hati yang berapi-api. Mereka
menyadari, malam itu bukan sekadar penutup rangkaian kegiatan, melainkan awal dari
perjalanan panjang sebagai ASN yang berkomitmen pada bangsa dan negara.
Catatan kecil dlm Latsar CPNS Kab Indramayu 2025
Komentar
Posting Komentar