Catatan Perjalanan Jumat, 10 Oktober 2025
Seminar Aktualisasi Latsar CPNS
Kabupaten Bogor Angkatan III Tahun 2025 di Hotel Kayaga
Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi ketika
alarm berbunyi. Suara adzan Subuh dari masjid dekat rumah di Antapani terdengar
lembut di udara Bandung yang masih dingin. Mata masih terasa berat, karena malam
sebelumnya masih menerima peserta PKA yang datang ke rumah tuk melakukan
coaching hingga pukul 23.15 WIB, tapi jadwal hari ini menuntut semangat penuh.
Ada agenda penting — menghadiri Seminar Laporan Aktualisasi Peserta Latsar
CPNS Kabupaten Bogor Angkatan III di Hotel Kayaga, Bogor.
Seusai salat Subuh, saya langsung menyiapkan
diri. Batik hitam sudah disetrika sejak semalam, map berisi undangan dan daftar
peserta sudah siap di tas. Si HRV hitam di garasi sudah seperti menunggu
dengan sabar, seolah tahu hari ini akan jadi perjalanan panjang. Tepat pukul 04.45
WIB, mesin dinyalakan, doa perjalanan dilantunkan, dan pedal gas mulai
menapak.
Perjalanan Pagi yang Lancar dan Penuh
Pikiran
Rute perjalanan sudah terbayang di kepala: Tol
Pasteur – Tol Purbaleunyi – Tol Cibitung – Sentul – GOR Pakansari – Kayaga
Hotel. Langit masih agak gelap, tapi lalu lintas Bandung sudah mulai hidup.
Mobil-mobil pribadi, truk logistik, dan kendaraan dinas tampak berseliweran.
Begitu masuk Tol Pasteur, udara pagi
menyapa dari ventilasi mobil. Lagu lawas Dewa 19 dari playlist Spotify menjadi
teman di jalan. Entah kenapa, lagu “Risalah Hati” selalu cocok untuk suasana
jalan tol—mungkin karena nada dan lajunya yang pas antara fokus dan nostalgia.
Di Tol Purbaleunyi, matahari mulai naik
perlahan, menembus kabut tipis di daerah Padalarang. Sambil menikmati
perjalanan, pikiran melayang ke agenda hari ini: sembilan peserta Latsar CPNS
akan mempresentasikan Laporan Aktualisasi—hasil nyata dari penerapan
nilai-nilai dasar ASN.
Bagi seorang widyaiswara, momen seperti ini
selalu punya rasa tersendiri. Ada kebanggaan melihat peserta yang dulu tampak
gugup di awal pelatihan, kini tampil percaya diri membawa hasil aktualisasinya.
Tapi juga ada sedikit haru—karena di balik setiap laporan, tersimpan
perjuangan, waktu lembur, dan dedikasi.
Tol terasa bersahabat hari ini. Hanya sedikit
hambatan di ruas Cibitung, mungkin karena truk-truk pengangkut barang mulai
padat. Setelah keluar di gerbang Sentul, perjalanan mulai memasuki
wilayah Bogor. Udara terasa lebih lembab, tapi menenangkan.
Tiba di Hotel Kayaga, Bogor
Sekitar pukul 07.15 WIB, setelah melewati GOR Pakansari, mobil akhirnya berbelok masuk ke halaman Hotel Kayaga. Bangunannya tampak bersih dan modern, dengan taman kecil di depan dan suara burung yang cukup menenangkan.
Langkah pertama setelah check-in? Tentu saja: istirahat
sebentar di kamar. Bukan karena lelah, tapi karena pengalaman mengajarkan
bahwa tampil di ruang seminar dengan kepala segar jauh lebih efektif daripada
langsung “tancap gas” tanpa jeda.
Saya membuka map, memastikan semua daftar peserta
dan jadwal acara lengkap.
Jam tangan menunjukkan 07.50 WIB—waktunya seminar tuk dimulai .
Ruang Seminar dan Sahabat Lama
Ruang seminar terletak di lantai dasar. Begitu
pintu dibuka, hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut. Di dalam,
sudah tampak kursi , meja dan proyektor sudah dipersiapkan .
Di sudut ruangan, saya melihat sosok yang sudah
tidak asing lagi—Bapak Ruli Trilenggono, ST., MT., sahabat lama sesama
Widyaiswara dari BPSDM Jawa Barat. Beliau hari itu bertugas sebagai penguji
seminar. Kami saling menyalami dengan tawa ringan, seperti dua guru lapangan
yang sudah terbiasa berdebat di forum tapi selalu akur di luar ruangan.
“Wah, Pa Budy datang pagi juga ya. Luar biasa,
padahal dari Bandung,” ujar Pak Ruli sambil tersenyum.
“Namanya juga dinas, Pak Ruli. Kalau datang siang, nanti disangka seminar
diundur karena macet,” jawab saya setengah bercanda. Kami tertawa. Humor ringan
seperti ini memang menjadi pelumas alami sebelum suasana formal dimulai.
Ruangan seminar yang cukup dingin , menambah aura
udara yang cukup menggigil, namun Segelas teh hangat yang disedikan oleh lira ;
peserta Latsar di ruang seminar cukup untuk menghangatkan kembali energi yang
agak terkuras.
Seminar Dimulai: 9 Peserta, 9 Inovasi
Tepat pukul 08.00 WIB,. Panitia dari BKPSDM Kabupaten Bogor menyambut dengan hangat. Ruangan mulai terisi dengan peserta yang tampak siap dengan presentasinya.
Sesi demi sesi berlangsung dengan lancar. Berikut
daftar para peserta dan judul laporan aktualisasinya:
1. Doni Cahyo Wibowo
NIP: 199308162025041001
Jabatan: Perencana Ahli Pertama
Tempat Tugas: Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor
Judul LA: Optimalisasi Penyusunan RKA Melalui Sistem Monitoring dan
Evaluasi yang Terintegrasi dengan Unit Program dan Keuangan Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Bogor.
Doni menutup sesi dengan presentasi matang. Ia menjelaskan bagaimana integrasi
sistem monev antara unit program dan keuangan bisa mempercepat penyusunan RKA
serta meminimalisir kesalahan input. Gaya penyampaiannya tenang tapi penuh
keyakinan—seperti seorang “pemadam” birokrasi yang siap mengatasi kebakaran
data dan dokumen.
2. Ferdian
Indrapradana – Implementasi dan Visualisasi Monitoring Kegiatan
Usulan Aspirasi Masyarakat Musrenbang 2026 Berbasis G-Sheets di Bappedalitbang
Kabupaten Bogor.
Ferdian memaparkan dengan percaya diri. Ia menjelaskan bagaimana data
Musrenbang yang selama ini berserakan di banyak file, kini bisa dipantau
real-time lewat Google Sheets. Solusi sederhana tapi berdampak besar untuk
transparansi perencanaan daerah.
3. Gina Durotul
Maknun – Digitalisasi Sistem Monitoring Rekap Data Kesehatan di Wilayah
Kecamatan Jasinga.
Gina membawa semangat digitalisasi layanan publik tingkat kecamatan. Ia
menceritakan tantangan di lapangan—dari jaringan internet yang sering putus
hingga keterbatasan SDM—namun solusinya tetap realistis.
4. Indah Novika – Peningkatan
Edukasi dan Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Berbasis Digital di Puskesmas
Ciderum.
Indah menyampaikan dengan penuh empati. Ia memperlihatkan aplikasi sederhana
yang membantu bidan memantau ibu hamil berisiko tinggi. Presentasinya
menyejukkan hati—seperti mengingatkan bahwa ASN bukan hanya urusan data, tapi
juga nyawa manusia.
5. Lira Restu
Permata Diani, S.Psi. – Optimalisasi Perencanaan Penilaian Kompetensi
melalui Database Rekapitulasi Hasil Penilaian Kompetensi ASN di BKPSDM
Kabupaten Bogor.
Lira tampil dengan gaya profesional. Ia menjelaskan pentingnya konsolidasi data
hasil assessment ASN agar perencanaan pengembangan SDM lebih terarah.
6. Triya Sapta
Meilany, S.Kom. – Digitalisasi dan Integrasi Data Pendidikan dan
Kesehatan Berbasis Google Drive Sebagai Implementasi Smart Governance di
Kecamatan Cibinong.
Triya mengusung semangat “smart governance” dengan memanfaatkan Google Drive
untuk menyatukan data lintas sektor. Inovasinya sederhana tapi punya nilai
koordinatif tinggi.
7. Puji Utami – Optimalisasi
Tata Kelola Data Sanitasi melalui Geo Mapping untuk Mendukung Akses Sanitasi
Layak di Kecamatan Tanjungsari.
Puji menampilkan peta digital dengan titik-titik lokasi sanitasi. Presentasinya
menarik karena memadukan teknologi dan kepedulian lingkungan.
8. Raafi Ikhsan
Effendi – Optimalisasi Pelabelan Obat Anestesi Sesuai SOP di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Ciawi Kabupaten Bogor.
Raafi tampil kalem tapi tegas. Ia menjelaskan bagaimana kesalahan label bisa
berakibat fatal di dunia medis, dan betapa pentingnya standarisasi label obat
anestesi.
9. Muhamad Aji
Yusup Alhamdhani – Optimalisasi Pemanfaatan Google Workspace untuk
Digitalisasi Arsip Data Kesehatan di Kecamatan Cisarua.
Aji menjelaskan bagaimana digitalisasi arsip membuat data kesehatan lebih mudah
diakses dan aman. Ia bahkan menunjukkan simulasi sistemnya secara langsung.
Seminar berjalan tertib dan lancar hingga
pukul 10.45 WIB. Tidak ada gangguan teknis, tidak ada panik mendadak karena
“file nggak kebuka”—yang sering jadi tradisi tidak tertulis di seminar semacam
ini.
Refleksi Seorang Widyaiswara
Selesai seminar, suasana ruangan berubah hangat.
Peserta tampak lega, panitia tersenyum, dan kami para penguji saling berucap
syukur. Saya sempat berbincang dengan Pak Ruli tentang bagaimana Latsar kini
benar-benar menjadi ajang pembentukan karakter ASN, bukan sekadar kewajiban
administratif.
“Generasi muda ASN ini beda ya, Bud. Mereka cepat
tangkap teknologi,” kata Pak Ruli.
Saya mengangguk. “Iya, tapi yang penting jangan cuma cepat klik, tapi juga
cepat tanggap terhadap nilai.”
Kami sama-sama tertawa. Humor tipis seperti itu
membuat diskusi serius terasa ringan. Tapi dalam hati, saya sadar, kalimat tadi
memang benar: ASN modern bukan hanya harus melek digital, tapi juga melek
integritas.
Perjalanan Pulang dan Renungan
Menjelang siang, saya berpamitan pada panitia dan
peserta. Beberapa sempat minta foto bersama—tradisi kecil tapi bermakna. Mobil
HRV kembali meluncur ke arah tol Sentul. Di perjalanan pulang, saya terdiam
sejenak sambil menikmati pemandangan hijau di kiri kanan jalan.
Di tengah hiruk pikuk birokrasi, ada semangat
baru yang tumbuh dari para CPNS muda itu. Mereka datang dari berbagai
latar—perencana, IT, tenaga kesehatan—tapi punya kesamaan: ingin berbuat baik
lewat inovasi kecil.
Saya teringat pepatah lama:
“Birokrasi yang hebat bukan yang punya banyak
aturan, tapi yang punya banyak niat baik.”
Menjelang masuk Tol Purbaleunyi, awan
mulai menggelap. Hujan rintik turun perlahan, seperti menutup perjalanan dengan
tanda berkah. Saya menyalakan wiper, menurunkan kecepatan, dan tersenyum kecil
sambil bergumam,
“Alhamdulillah, satu lagi perjalanan penuh
makna.”
Dan seperti biasa, di setiap perjalanan dinas,
ada tiga hal yang selalu saya bawa pulang: pengalaman, inspirasi, dan
cerita.
Honor? Kadang menyusul belakangan—atau malah lupa ditanyakan. Tapi tak apa.
Karena bagi seorang widyaiswara, kebahagiaan terbesar adalah melihat peserta
tumbuh, berpikir, dan berubah menjadi ASN yang berintegritas
Dalam perjalanan pulang menuju Bandung selepas
kegiatan lapangan, suasana di dalam mobil terasa hangat dan penuh semangat.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB ketika notifikasi dari grup LMS berbunyi,
tanda dimulainya sesi pembelajaran Agenda 2 bagi peserta Latsar CPNS di
lingkungan Kementerian Pertanian. Tanpa menunggu lama, saya segera menyiapkan
ponsel dan earphone, memastikan sinyal cukup stabil di jalur tol yang padat
kendaraan. Dalam kondisi di perjalanan, saya tetap menjalankan tanggung jawab
sebagai Widyaiswara dengan penuh disiplin dan komitmen.
Meskipun berada di mobil, suasana kelas daring
tetap terasa hidup. Para peserta dari berbagai unit kerja Kementerian Pertanian
sudah menanti dengan antusias. Pembelajaran dilakukan melalui platform LMS
berbasis Zoom, dan sesi dimulai dengan sapaan khas yang hangat, “Selamat siang
para pejuang integritas ASN, semoga tetap semangat meski sinyal kadang
menari-nari.” Tawa ringan pun terdengar dari peserta, mencairkan suasana awal
pertemuan.
Materi yang disampaikan mencakup topik penting
tentang nilai-nilai dasar ASN, khususnya terkait integritas dan akuntabilitas
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Saya menjelaskan bagaimana setiap ASN harus
menanamkan nilai-nilai dasar tersebut ke dalam tindakan sehari-hari, baik di
kantor maupun di luar kantor. Saya menegaskan bahwa tantangan ASN saat ini
bukan sekadar memahami teori, tetapi bagaimana mengimplementasikannya dalam
dunia nyata.
Sambil sesekali melirik jalanan tol yang macet,
beliau tetap fokus menjelaskan konsep-konsep penting. PowerPoint yang sudah
disiapkan sebelumnya ditampilkan melalui fitur share screen dari ponsel. Meski
layar kecil, semangat besar tetap terpancar dari setiap kalimat yang
diucapkannya. Beliau menjelaskan tentang pentingnya adaptasi digital bagi ASN
masa kini, terutama dalam konteks pembelajaran jarak jauh dan sistem kerja yang
semakin dinamis.
Pada menit ke-30, sinyal sempat goyah saat mobil
melintasi daerah Subang. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Dengan
tenang, beliau berkata kepada peserta, “Kalau sinyal hilang, berarti saya
sedang naik ke bukit sinyal, mohon tetap lanjut mencatat.” Peserta pun tertawa,
sambil tetap fokus mengikuti arahan. Humor ringan itu justru membuat suasana
belajar semakin hidup dan santai.
Sepanjang perjalanan, pembelajaran terus mengalir
dengan sistematis. Peserta diberikan studi kasus tentang praktik penyusunan
laporan kinerja yang transparan. Beberapa peserta diminta memberikan contoh
dari unit kerjanya masing-masing, sementara beliau memberikan umpan balik
langsung, tetap dengan gaya khasnya yang lugas namun inspiratif.
Menjelang pukul 14.30 WIB, topik pembelajaran
mulai mengarah ke refleksi pribadi peserta. Saya mengajak mereka merenungkan
makna menjadi ASN sejati yang berorientasi pelayanan publik. Saya menegaskan
bahwa ASN tidak boleh berhenti belajar, bahkan dalam situasi darurat sekalipun.
Sebagaimana ia sendiri saat ini—mengajar dari mobil, namun tetap berkomitmen
memberikan yang terbaik.
Saya juga membagikan pengalamannya tentang bagaimana fleksibilitas dan tanggung jawab menjadi bagian dari profesionalisme ASN. “Kadang kita tidak bisa memilih kondisi ideal, tapi kita bisa memilih tetap ideal dalam kondisi apa pun,” ujarnya dengan suara mantap. Kalimat itu mendapat banyak reaksi positif di kolom chat peserta.
Pada pukul 15.00 WIB, sesi diskusi dibuka.
Peserta antusias mengajukan pertanyaan tentang implementasi nilai dasar ASN di
lapangan. Ada yang bertanya mengenai konflik kepentingan, ada pula yang
menyinggung budaya kerja di kementerian. Dengan sabar, Saya menjawab satu per
satu sambil tetap menjaga perhatian terhadap lalu lintas. Dalam setiap jawaban,
beliau selalu menekankan pentingnya kesadaran diri dan integritas moral sebagai
pondasi utama.
Waktu menunjukkan pukul 15.25 WIB ketika beliau
mulai menutup sesi. Beliau mengajak peserta untuk menuliskan refleksi singkat
tentang pembelajaran hari ini di LMS. “Tulis satu kalimat tentang komitmen Anda
menjadi ASN berintegritas, lalu unggah di platform sebelum pukul 16.00,”
ujarnya sambil tersenyum. Peserta menyambut dengan antusias, bahkan ada yang
menuliskan ucapan terima kasih atas semangat beliau mengajar meski dari
perjalanan.
Setelah sesi berakhir, beliau menarik napas lega.
Perjalanan masih panjang menuju Bandung, namun perasaan puas terpancar karena
satu agenda penting telah terlaksana dengan baik. Dalam hati, Saya tersenyum
kecil, menyadari bahwa teknologi digital telah memberi ruang bagi ASN untuk
tetap produktif, bahkan di tengah perjalanan darurat sekalipun.
Begitulah kisah pembelajaran di atas roda, di
mana dedikasi seorang Widyaiswara tidak berhenti di ruang kelas, tetapi terus
bergerak bersama semangat belajar tanpa batas.
Note ;
#Membangun kualitas ASN berarti menanam investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa.
Komentar
Posting Komentar