SEMINAR LAPORAN AKTUALISASI LATSAR CPNS PROVINSI JAWA BARAT ANGKATAN 8
Catatan pribadi Coach Budy Hermawan, BPSDM Jawa Barat
Pagi itu, Selasa 28 Oktober 2025,
udara di lingkungan BPSDM Provinsi Jawa Barat terasa segar. Dari kejauhan, saya
bisa melihat sinar matahari menerobos pepohonan di halaman depan. Kelas II.3
yang akan menjadi tempat seminar laporan aktualisasi hari ini sudah tampak
siap: kursi tersusun rapi, di depan pintu kelas bertuliskan “Seminar Laporan
Aktualisasi Latsar CPNS Angkatan VIII kelompok 3” tertempel di depan, dan proyektor menyala
lembut menunggu peran.
Saya tiba sekitar pukul 07.10,
seperti biasa sedikit lebih awal. Di halaman apel, terlihat peserta Latsar Angkatan
VII yang berbaur dengan peserta orientasi PPPK Jawa Barat masih terlihat
melaksanakan apel Bersama dengan para pengasuh nya masing-masing.
Tak lama, penguji kami datang: Drs.
H. Jejen Permana, M.Si. Seperti biasa, beliau datang dengan senyum tenang
dan map tebal di tangan. “Pagi, Pak Budy, siap jadi moderator dan penjaga ritme
hari ini?” katanya berseloroh. Saya tertawa kecil, “Siap, Pak Jejen. Tapi kalau
pesertanya semangat semua, tugas saya jadi mudah.”
Setelah melakukan penyamaan persepsi yg dipimpin oleh Kabid PKM, saya dan penguji masuk ke ruangan seminar dan tepat pada pukul 08.00 tepat, seminar dimulai.
Saya membuka acara dengan salam hangat, “Selamat pagi para ASN muda Jawa Barat.
Hari ini kita bukan sedang diadili, tapi diuji untuk membuktikan bahwa
perubahan bisa dimulai dari diri sendiri.”
Ruangan hening sejenak, lalu
terdengar tepuk tangan pelan. Saya lanjut memperkenalkan penguji, lalu
menyampaikan teknis seminar: durasi tiap peserta sepuluh menit, disusul tanya
jawab. “Dan tentu saja,” saya tambah sambil tersenyum, “setiap selesai sesi,
kita foto dulu, supaya kenangan hari ini abadi.” Suara tawa ringan pun
terdengar.
Peserta pertama, Muhammad Iqmal Rifansyah, S.Tr.T, tampil mantap. Ia memaparkan Optimalisasi Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan Dengan Sistem Penilaian Kinerja Konsultan Pengawas Melalui Media Google Form. Dengan penuh keyakinan, ia menjelaskan bagaimana sistem digital bisa memperkuat transparansi pengawasan proyek. “Kami ingin hasil pembangunan bisa terukur dan terbuka,” katanya tegas. Pak Jejen bertanya, “Bagaimana menjamin data tidak disalahgunakan?” Iqmal menjawab tenang, “Ada validasi dua tahap, Pak.” Pertanyaan selanjutnya dari penguji , Apa manfaat aktualisasi ini bagi visi Pak Gubernur Jawa Barat yang biasa dipanggil KDM ,,,.dengan lugas Ikmal menjawab bahwa aktualisasi ini sangat mendukung visi dan misi Pak Gubernur yaitu mewujudkan Jabar Istimewa. Setelah sesi tanya jawab, saya berkata, “Keren, Mal. Pengawasan digital ini bukti ASN juga bisa melek teknologi.” Lalu kami beranjak ke depan untuk berfoto bersama: Iqmal berdiri di tengah, diapit oleh mentor, saya sebagai coach, dan Pak Jejen. Senyum lega terpancar dari wajahnya. Klik — satu kenangan terekam.
Peserta berikutnya, Adela Dwi Antika, S.Tr.Sos, memaparkan Optimalisasi Pelayanan Rehabilitasi Sosial ODGJ Melalui Panduan Praktis Bimbingan Mental Terstruktur. Suaranya lembut tapi tegas. Ia bercerita tentang perjuangannya membimbing pasien ODGJ di Satuan Pelayanan Bina Laras Sakurjaya. “Kadang mereka hanya butuh didengar,” katanya lirih. Suasana ruangan mendadak hening. Pak Jejen bertanya dengan lembut, “Apa hal paling sulit selama pendampingan?” Adela menjawab, “Melawan stigma, Pak.” Saya tersenyum bangga, “Itu bentuk keberanian ASN yang sesungguhnya.” Sama dengan pertanyaan kepada peserta pertama ; apa manfaat bagi visi dan misi Gubernur Jawa Barat, dan dengan mantap adela menjawab bahwa panduan praktis bimbingan ini akan meningkatkan kualitas SDM di Jawa Barat. Sesi ditutup dengan foto bersama — senyum Adela kali ini tampak lebih lepas.
Giliran ketiga, dr. RR Ardianti Rachma Wardhani, tampil energik dengan judul Buku Saku Digital Keamanan Pangan Asal Hewan. Ia menampilkan desain e-book yang menarik dan mudah dipahami masyarakat. “Kalau masyarakat paham pangan sehat, maka kesehatannya terjaga,” katanya. Pak Jejen bertanya, “Bagaimana distribusinya?” Ardianti menjawab, “Melalui kanal media sosial dan grup edukasi.” Setelah diskusi hangat, kami kembali berfoto bersama. “Ayo, gaya sehat ya!” saya bercanda. Semua tertawa saat kamera berbunyi klik.
Peserta keempat, Hifzullisan Sohih, S.P., tampil kalem tapi penuh isi. Judulnya Petunjuk Teknis Pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC). Ia menjelaskan juknis yang dibuatnya untuk memudahkan petugas lapangan. Saya menimpali, “Nah, ini contoh nyata ASN yang turun ke sawah, bukan hanya duduk di meja.” Pak Jejen tersenyum setuju. Setelah tanya jawab, kami berfoto bersama, dengan gaya khas: jempol mengarah ke kamera — simbol semangat kerja nyata.
Peserta kelima, Raden Muhammad Kunta Lamona Wiriasaputra, S.T., tampil dengan raut yakin. Penyusunan Pilot Project Roadmap Sanitasi Provinsi Jawa Barat menjadi topik yang disajikannya dengan sangat sistematis. Ia bicara tentang pentingnya sinergi antarinstansi. “Sanitasi itu bukan proyek, tapi budaya bersih,” katanya. “Betul,” sahut saya, “dan hari ini budaya bersih juga termasuk presentasi tanpa typo.” Ruangan tertawa. Kami menutup sesi dengan foto bersama, Kunta berdiri tegak di tengah, seolah memegang blueprint masa depan sanitasi Jawa Barat.
Giliran keenam, Annisaa Yumna Aulia, S.T., menyampaikan Inventarisasi Data Pengelolaan Sumber Daya Air. Ia memaparkan dashboard data yang dikembangkannya di Bappeda. “Agar kebijakan soal air bisa berbasis data, bukan perkiraan,” katanya. Pak Jejen memberi apresiasi, “Kebijakan tanpa data itu seperti perahu tanpa dayung.” Saya menambahkan, “Tapi kalau kebijakan pakai data, ASN-nya jadi arus utama.” Gelak tawa terdengar lagi. Setelah diskusi, kami berfoto bersama dengan latar layar peta digital — simbol dari kejernihan data dan semangat kerja.
Peserta ketujuh, Puti Maharani, S.P., tampil penuh warna. Judulnya Optimalisasi Koleksi Awetan Serangga dan Integrasi QR-Code sebagai Media Informasi. Ia menunjukkan gambar-gambar serangga hasil karyanya. “Ternyata kumbang pun bisa jadi sumber ilmu,” katanya sambil tersenyum. Saya menimpali, “Kalau semua ASN punya semangat kayak kamu, Puti, birokrasi kita bakal secantik kupu-kupu.” Ruangan tertawa, suasana hangat. Kami berfoto bersama, kali ini dengan pose tangan membentuk sayap — spontan tapi penuh makna.
Peserta kedelapan, Brilian Fikry Haikkal, S.Kel, membawa semangat pantai selatan lewat proyek GO-VANAME. Ia memaparkan panduan teknis untuk pembudidaya udang vannamei. “Saya ingin petambak kecil punya akses ilmu yang sama,” katanya mantap. Pak Jejen memberi komentar positif, “Inovatif dan aplikatif.” Saya menutup dengan gurauan, “Berarti udangnya makin besar, ASN-nya makin keren.” Tawa pecah. Kami foto bersama dengan gaya dua jari ke atas — simbol kemenangan kecil hari itu.
Peserta terakhir, Laurahoney Azzahra Pertiwi, S.T., tampil anggun dan tenang. Digitalisasi Formulir Pendataan Pelaku UMKM Pangan Lokal menjadi topiknya. Ia menjelaskan bagaimana aplikasi digital mempermudah UMKM dalam pengurusan sertifikasi. “Dulu manual, sekarang bisa online. Lebih cepat, lebih efisien,” katanya. Saya mengangguk, “Itu namanya ASN masa kini — sigap, gesit, digital.” Setelah diskusi, kami ambil foto bersama dengan pose acak: tawa spontan, ekspresi lega, semua terekam.
Sebelum bubar, Pak Jejen menyampaikan
refleksi: “Saya bangga. Kalian bukan hanya menulis laporan, tapi menulis
sejarah kecil tentang perubahan.” Saya menimpali, “Benar, Pak. ASN muda ini
bukan sekadar penerus, tapi pembaharu.” Tepuk tangan meriah menggema di ruang
II.3.
Setelah sembilan peserta selesai,
saya berdiri di depan ruangan. “Luar biasa. Semua tampil dengan semangat luar
biasa. Dan seperti janji di awal, sebelum kita tutup, ayo kita abadikan momen
ini dengan foto bersama seluruh peserta.” Semua berdiri, bergerak ke depan.
Saya, dan para peserta berjejer rapih di
depan kelas. Kamera diatur oleh peserta kelompok latsar lain. “Oke, satu, dua,
tiga — ASN Jawa Barat Juara!” seru saya. Klik! Satu momen penuh makna
terabadikan.
Jam menunjukkan pukul 11.25 WIB.
Seminar resmi saya tutup. Para peserta satu per satu menyalami coach. Ada yang
berterima kasih dengan mata berbinar, ada yang tertawa lega.
Saya duduk sejenak di kursi depan,
menatap ruang yang mulai sepi. Di layar kamera masih tersisa foto terakhir —
sembilan wajah muda ASN Jawa Barat berdiri bangga di samping penguji dan
coach-nya. Saya tersenyum kecil dan berbisik dalam hati, “Inilah generasi yang
akan membawa birokrasi ke arah yang lebih manusiawi.”
Lalu saya menulis di buku catatan
kecil saya:
“Seminar ini bukan sekadar
penilaian, tapi perayaan. ASN muda Jawa Barat sudah membuktikan: kerja tulus
akan selalu terlihat, bahkan tanpa sorotan.”
Dengan hati ringan, saya melangkah
keluar dari ruang II.3 BPSDM Jawa Barat. Udara siang terasa hangat, tapi tidak
melelahkan. Saya tahu, di balik foto-foto hari ini, tersimpan semangat yang
tidak akan pudar — semangat untuk melayani, berinovasi, dan berintegritas.
Dan saya tersenyum, karena hari ini,
saya bukan sekadar coach, tapi saksi lahirnya sembilan ASN muda yang
benar-benar siap menyalakan cahaya perubahan di Jawa Barat.
Setelah makan siang dan sholat lohor,
saya Kembali membuka zoom, dan lanjut ke sesi berikutnya tuk melakukan proses
pembimbingan dengan para peserta latsar Kabupaten Majalengka tuk persiapan
merajut asa dan harapan dimasa depan yang telah menanti…
Selesai
Catatan kecil Latsar cpns Jawa Barat Angkatan VIII










Komentar
Posting Komentar