Api Semangat Bela Negara (ASBN): Bara yang Tak Pernah Padam di Halaman BPSDM Jawa Barat

Api Semangat Bela Negara (ASBN): Bara yang Tak Pernah Padam di Halaman BPSDM Jawa Barat

Oleh: Drs Budy Hermawan, M.Si – Widyaiswara BPSDM Jawa Barat

 

Malam yang Menggetarkan di Langit Cimahi

Sabtu malam, 8 November 2025, halaman apel BPSDM Jawa Barat diselimuti kegelapan yang disengaja. Lampu-lampu di seputaran lapangan dipadamkan seluruhnya, membuat suasana menjadi hening, khidmat, dan sarat makna.

Di bawah langit Bandung yang teduh, ratusan peserta Latihan Dasar CPNS Jawa Barat Angkatan XI, XII, dan XIII berdiri berbaris rapi. Wajah-wajah muda itu tegang sekaligus antusias. Malam itu mereka akan menjalani prosesi Api Semangat Bela Negara (ASBN) — sebuah momentum simbolik untuk meneguhkan pengabdian mereka kepada bangsa dan negara.

Di tengah barisan berdiri Drs Budy Hermawan, M.Si, selaku Pembina ASBN, bersama jajaran Widyaiswara pengampu lainnya. Di tangan beliau, obor utama telah siap dinyalakan: api yang kelak akan berpindah dari satu tangan ke tangan lain, menyalakan semangat bela negara di dada setiap ASN muda Jawa Barat.

 

Perintah Tegas: “Laksanakan!”

Tepat pukul 18.15, pemimpin apel memasuki lapangan. Peserta diistirahatkan, formasi disiapkan, lalu laporan kesiapan disampaikan.
Dengan langkah tegap dan suara berwibawa, Pembina ASBN menjawab satu kata penuh energi: “Laksanakan!”

Dua peserta pembawa bendera Merah Putih berdiri di sisi kiri dan kanan Pembina, sementara lima peserta pembawa obor perlahan memasuki lapangan. Dari kejauhan, cahaya oranye kecil menembus gelap, berayun pelan diterpa angin malam.

Ketika Drs Budy Hermawan menyalakan obor utama dan menyerahkannya kepada salah satu peserta, suasana berubah magis. Api itu berpindah dari satu tangan ke tangan lain, hingga seluruh peserta memegang obor menyala. Lingkaran cahaya terbentuk di tengah lapangan BPSDM — menjadi simbol persatuan tekad dan pengabdian.

 

Ikrar Bela Negara Menggema


lima orang pembawa obor secara bergatian mengucapkan Ikrar Bela Negara. Dengan suara tegas mengucapkan:

“Kami, warga negara Indonesia, dengan ini berikrar: setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945…”

1)      cinta tanah air,

2)      kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara,

3)      rela berkorban untuk bangsa dan negara,

4)      serta memiliki kemampuan awal bela negara

Suara itu disambut lantang oleh seluruh peserta, diulang serentak seperti gema yang memantul di dinding-dinding malam. Setiap kata terasa hidup, memancar dari hati yang telah berjanji untuk mengabdi sepenuh jiwa.

Setelah ikrar, lima perwakilan peserta menyalakan api unggung utama di tengah lapangan. Bara menyala tinggi, menebar cahaya jingga yang menari di wajah para peserta.

Kemudian dimulailah prosesi paling mengharukan: penciuman bendera Merah Putih.
Satu per satu peserta maju, menundukkan kepala, lalu mencium sudut kain merah dan putih dengan penuh hormat. Tak ada kata yang diucap, hanya doa yang bergetar di dada. Lagu perjuangan mengiringi langkah mereka, membangun suasana heroik dan haru.

 


Amanat Pembina: Bela Negara di Era ASN Modern

Setelah semua peserta menyelesaikan prosesi, Drs Budy Hermawan, M.Si maju melangkah. Suaranya mantap dan dalam, mengisi setiap ruang malam dengan pesan yang kuat.

“Bela negara bukan lagi tentang mengangkat senjata,” ujarnya.
“Bela negara hari ini berarti menjaga kejujuran, menolak gratifikasi, dan melayani masyarakat dengan hati. ASN yang bekerja dengan integritas — dialah pejuang masa kini.”

Kata-kata itu disambut hening. Api unggun berderak pelan, seolah ikut mengamini pesan pembina. Semangat yang menyala di dada para peserta terasa nyata; mereka sadar, mulai malam itu, status ASN bukan hanya profesi, tapi panggilan untuk menjaga kehormatan bangsa.

 

Puisi, Doa, dan Salam Penutup

Seorang peserta membacakan Puisi Bela Negara. Suaranya lembut namun tegas, mengalun di antara nyala obor yang bergoyang.
Bait demi bait menggambarkan cinta pada tanah air, pengorbanan, dan tekad untuk menjaga merah putih tetap berkibar.

Acara kemudian diakhiri dengan doa bersama, memohon agar Tuhan meneguhkan hati setiap peserta dalam tugas pengabdiannya.

Menjelang pukul 19.15 Wib, api unggun mulai mengecil. Pembina kembali memberikan pesan penutup yang menancap di hati:

“Api ini boleh padam di halaman BPSDM,
tapi jangan biarkan padam di dada kalian.
Jadikan nyala ini sebagai cahaya dalam setiap langkah pengabdian.”

Setelah itu, beliau bersama jajaran Widyaiswara menyalami peserta satu per satu. Senyum dan ucapan terima kasih mengalir dalam kehangatan malam.

 


Bara yang Tak Pernah Padam

Lampu halaman kembali menyala perlahan, menggantikan cahaya obor yang mulai meredup. Namun semangat di dada para peserta justru semakin menyala. Mereka meninggalkan lapangan dengan langkah ringan dan hati penuh keyakinan.

Api Semangat Bela Negara (ASBN) malam itu bukan sekadar acara simbolik. Ia adalah peristiwa spiritual dan kebangsaan yang meneguhkan jati diri ASN Jawa Barat — bahwa mengabdi kepada negara adalah bentuk bela negara yang paling mulia.

Langit Cimahi malam itu menjadi saksi. Bara api di halaman BPSDM boleh padam, tetapi semangatnya telah berpindah ke dada setiap ASN muda Jawa Barat, dan di sanalah ia akan terus menyala — abadi dalam pengabdian untuk NKRI.

 

Komentar