KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS
Oleh;
Budy Hermawan
Dalam
istilah umum khususnya di manajemen, kepemimpinan itu sering disebut dengan
istilah Leader. Ada beberapa definisi dari kepemimpinan antara lain:
1.
Getting things done yaitu mencapai hasil melalui orang lain;
2.
Menggerakkan orang lain untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan;
3.
Kepemimpinan itu adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang;
4.
Kepemimpinan adalah satu kata yaitu Influence artinya mempengaruhi, memotivasi,
mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari
definisi di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan itu adalah
tentang
bagaimana mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai
tujuan yang diinginkan sang pemimpin.Dalam ilmu manajemen, dikenal 3 (tiga)
model kepemimpinan. Pada umumnya ketiga model kepemimpinan ini sering kita
lihat pada diri para leader dalam praktek sehari-hari di dalam mengatur
organisasi. Masing-masing model mempunyai warna tersendiri, ada yang timbulnya
karena anugerah Tuhan YME, ada juga timbulnya sangat erat hubungannya dengan
sifat atau karakter dari seseorang itu sendiri, bahkan ada yang timbul karena
hasil dari proses pembelajaran.
Ketiga
model kepemimpinan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Kepemimpinan Kharismatik adalah :
Kepemimpinan
yang berasal dari anugerah Tuhan yang mana pemimpin tersebut
mempunyai
kemampuan luar biasa, magnit yang kuat dan adanya keterkaitan
emosional
yang kuat dari yang dipimpim kepada pimimpinannya.
Contoh:
Bung Karno, Anwar Sadat, Mahatma Gandhi.
2.
Kepemimpinan Transaksional adalah :
a.
Kepemimpinan untuk mengendalikan bawahan dengan cara menggunakan
kekuasaan
untuk mencapai hasil;
b.
Mengelola bawahan dengan memberi reward dan punishment;
c.
Biasa menerapkan transaksi yang saling menguntungkan dengan bawahan.
3.
Kepemimpinan Transformasional adalah :
Model
kepemimpinan yang efektif dan telah diterapkan di berbagai organisasi
internasional
yang mengelola hubungan antara pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada
beberapa factor antara lain perhatian (attention), komunikasi (communication),
kepercayaan (trust), rasa hormat (respect) dan resiko (risk)
Kepemimpinan
transformasional perlu dimiliki oleh pemimpin perubahan agar mampu menciptakan
inovasi-inovasi dalam organisasi agar mampu memberikan layanan prima dengan
kinerja optimal sehingga mencapai organisasi berkinerja tinggi.
Teori
Gaya Kepemimpinan transformasional yang digagas oleh James MacGregor Burns pada
tahun 1978, adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengidentifikasi perubahan
yang diperlukan, menyusun visi yang ajan membuka jalan bagi perubahan yang
dibuat dan melaksanakan rencana yang diperlukan agar perubahan tersebut
terjadi.
4 (empat) perilaku spesifik dari
kepemimpinan transformasional, yaitu :
1.
Credible, artinya mempunyai sifat konsisten dan komitmen yang tinggi apa yang
diucapkannya
dengan yang diperbuat;
2.
Creation Opportunities, artinya menciptakan peluang bagi orang lain untuk
meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan;
3.
Carying, artinya menunjukkan kepedulian kepada orang lain sehingga membuat
bawahan
merasa diakui menjadi bagian dari organisasi;
4.
Communication, artinya mempunyai ketrampilan komunikasi yang baik dengan
orang
lain.
Integritas
merupakan gambaran diri dalam suatu organisasi yang terlihat dari perilaku dan
tindakan sehari-hari. Integritas menunjukan konsistensi antara ucapan dan
keyakinan yang tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Orang yang memiliki integritas
biasanya berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara sehingga perilaku dan
tindakannya sesuai dengan apa yang diucapkan.
Integritas merupakan suatu bagian dari pandangan yang bisa dipercayai dan sikap jujur seseorang dalam menjelaskan “kepercayaan” pada konteks berorganisasi. Integritas juga bagian dari inti utama dalam etika, tetapi sebenarnya integritas tidak selalu menyangkut loyalitas, kerjasama, dapat dipercaya serta keserasian. Integritas adalah sebuah konstruk psikologis yang dinamis, melekat pada setiap kehidupan manusia. Objektivisme integritas dalam etika sering dianggap seperti loyalitas kepada prinsip dan nilai yang sangat rasional. Peran kepemimpinan dalam membangun integritas kinerja organisasi dapat ditopang oleh lima hal pokok, yaitu:
a. a. Etika
Kepemimpinan. yang terdiri dari: memimpin dengan contoh, menetapkan
harapan
yang jelas, mengaplikasikan nilai-nilai organisasi, membuat keputusan
yang
dipercaya, komunikasi yang baik dengan bawahan, menilai bawahan, dan
mengembangkan
keterampilan dalam memimpin;
b.
Manajemen dan pengawasan aktif: Mengngunakan alat manajemen yang
tersedia,
melakukan proses pengawalan kerja bawahan, evaluasi kinerja bawahan, memeriksa
pengaduan. Mengidentifikasi potensi masalah, menumbuhkan perkembangan
pembelajaran yang berkelanjutan, siap sedia untuk mengarahkan bawahan;
c.
Pemilihan orang yang tepat: mempromosikan kode etik, menerapkan nilai-nilai
organisasi,
mendidik bawahan tentang tanggung jawab etika, praktik pengambilan keputusan
etis, mengidentifikasi role model, belajar dari kesalahan, bertindak preventif,
dan memberikan penghargaan atas kinerja bawahan;
d. Proses yang efektif: Konsultasi bersama
bawahan, penilaian risiko perilaku, memonitor kecenderungan, memperkuat
kebijakan, monitor kepatuhan, melakukan audit, melibatkan dukungan, menyertakan
etika dan integritas, penggunaan scenario;
e.
Pelaporan yang professional: Berbagi tanggung jawab, mendorong pelaporan
yang
professional, mengaktifkan pelaporan, mengetahui tanggung jawab, menciptakan
budaya pelaporan yang aman, memantau Kesehatan dan keselamatan, dukungan
bawahan, mencari umpan balik, dan melakukan review penanganan pengaduan.
Untuk
pencapaian tujuan reformasi birokrasi secara optimal, tentunya peran pemimpin
dalam berbagai instansi menjadi penting dan strategis. Kepemimpinan dalam
birokrasi menajdi tolak ukur keberhasilan dari reformasi birokrasi. Perubahan terhadap
budaya yang ada dalam birokrasi menjadi tantangan tersendiri bagi pengambil
kebijakan. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan penuh tanggung jawab
terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi.
Menurut
Gen Ronald R. Fogleman menemukan
bahwa pemimpin yang berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten,
memiliki keteguhan hati dan karakter, dan merupakan seorang yang mampu bertahan
sampai akhir.
Akuntabilitas
Kinerja merupakan kewajiban suatu instansi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan. Akuntabilitas
Kinerja adalah amanat dari para pemangku kepentingan untuk mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan
kemudian dituangkan dalam laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun
secara periodik. Mardiasmo (2006: 3).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah bagi pejabat/ PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai akuntabilitas publik. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah:
a.
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan
benar ketika terjadi konflik
kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok,
dan
pribadi;
b.
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
c.
Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan
dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap, perilaku yang konsisten,
dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas
kinerja merupakan hal yang strategis bagi organisasi/Instansi, terutama bagi
kepemimpinan administrator, karena merupakan langkah menegakkan pengelolaan
administrasi kepada pimpinan organisasi menuju good governance. Hal ini
dimaksudkan agar sebagai individu/pimpinan unit organisasi (administrator)
dalam organisasi pemerintahan mampu mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran
negara yang digunakan melalui program/kegiatannya ditujukan untuk
sebaik-baiknya pelayanan / kepentingan publik.
Bandung, 2 Nopember 2022
Komentar
Posting Komentar