29 ASN, 3 Hari, dan Sebuah Misi Kompetensi di Kolmas

 29 ASN, 3 Hari, dan Sebuah Misi Kompetensi di Kolmas     


Tanggal 15–16 Juli 2025 adalah momentum penting bagi 29 ASN dari Pemerintah Kota Depok. Mereka berkumpul di BPSDM Provinsi Jawa Barat, Jalan Kolonel Masturi (Kolmas), Cipageran, Cimahi, mengikuti Pelatihan PBJ Level 1 sebagai bagian dari peningkatan kapasitas pengelolaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Pelatihan ini menjadi jembatan penting menuju ujian sertifikasi kompetensi oleh LSP LKPP pada 17 Juli 2025.

Saya, Drs. Budy Hermawan, menjadi fasilitator pada pelatihan ini. Semangat saya langsung menyala saat melihat wajah-wajah penuh antusias di kelas pelatihan. Saya tahu bahwa 29 orang ini tidak sekadar hadir, tapi benar-benar ingin meningkatkan kompetensinya.

 

Hari Pertama – 15 Juli 2025: Membongkar Rahasia Kontrak PBJ

Pagi hari dimulai dengan pembukaan dan pengantar singkat. Setelah itu, saya mulai dengan pertanyaan pembuka, “Apa yang lebih penting: harga termurah atau hasil terbaik?” Diskusi langsung hidup.

Materi hari pertama membahas tuntas tentang kontrak dalam PBJ, termasuk:

  1. Jenis-jenis kontrak (lump sum, harga satuan, gabungan, biaya plus imbalan)
  2. Tata cara pemilihan penyedia
  3. Ketentuan Perpres 46 Tahun 2025 yang baru dirilis

Peserta aktif bertanya. Salah satu peserta dari Dinas Kesehatan mengeluh soal kontrak jasa kebersihan yang tiap tahun bermasalah. Saya sampaikan pentingnya menyusun klausul sanksi, jaminan pelaksanaan, dan perhitungan prestasi kerja secara tepat dalam kontrak.

Beberapa peserta mulai membandingkan dokumen kontrak OPD mereka. Saya tekankan bahwa kontrak bukan sekadar dokumen hukum, tapi juga cermin integritas negara dalam bertransaksi dengan publik.

 

Siang Hari: Menjelajah Swakelola

Setelah makan siang khas Sunda—nasi timbel, sayur asem, dan sambal hejo—kami masuk ke materi swakelola. Saya buka sesi dengan pertanyaan: “Siapa yang lebih dipercaya, rekanan atau diri sendiri?” Suasana jadi cair.

Saya menjelaskan empat tipe swakelola:

  1. Tipe I: oleh instansi pemerintah sendiri
  2. Tipe II: oleh instansi lain
  3. Tipe III: oleh organisasi masyarakat
  4. Tipe IV: oleh kelompok masyarakat

Diskusi menghangat saat peserta membahas pengalaman swakelola kegiatan pembangunan MCK dan pelatihan PKK. Saya dorong mereka untuk melihat swakelola bukan sebagai ‘jalan pintas bebas tender’, melainkan sebagai strategi untuk mewujudkan pengadaan yang pro-rakyat.

 

Hari Kedua – 16 Juli 2025: Rantai Pasok dan Tantangan Global

Hari kedua dibuka dengan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM);  pengelolaan seluruh aliran barang, informasi, dan keuangan dalam suatu bisnis, mulai dari pengadaan bahan baku hingga pengiriman produk jadi kepada konsumen akhir. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profitabilitas perusahaan melalui koordinasi yang baik antara berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasokan.

Berdasarkan penjelasan dalam Modul LKPP , maka Segmen rantai pasok terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Rantai Pasok Hulu (Upstream Supply Chain), Rantai Pasok Internal (Internal Supply Chain), dan Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain). 

Lalu dilanjutkan dengan sekilas permainan simulasi rantai pasok. Saya jelaskan tentang pola dan tata Kelola: produsen, distributor, rekanan lokal, dan pengguna akhir. Begitu satu rantai terganggu, semuanya kacau.

Peserta langsung ‘ngeh’ betapa pentingnya manajemen rantai pasok dalam pengadaan. Saya jelaskan tantangan seperti:

  1. Disrupsi logistik
  2. Ketergantungan impor
  3. Kenaikan harga bahan baku
  4. Isu pengiriman barang dalam waktu pelaksanaan kontrak

Peserta terlihat antusias, apalagi saat saya mengaitkan dengan penggunaan e-katalog / Toko Daring. Saya sampaikan: “ASN yang andal PBJ-nya adalah yang siap bahkan dalam situasi darurat.”

Pada hari kedua, saya juga memberikan tiga kali sesi tryout soal kepada seluruh peserta sebagai latihan menjelang ujian sertifikasi. Hasilnya cukup menggembirakan, dengan rata-rata nilai peserta mencapai sekitar 70%. Beberapa peserta bahkan mampu menjawab seluruh soal dengan benar dan memperoleh nilai 100. Tryout ini membantu peserta untuk memahami pola soal serta memperkuat keyakinan mereka sebelum menghadapi ujian yang sesungguhnya.

Hari Ketiga – 17 Juli 2025: Ujian Kompetensi dan Harapan

Hari ujian tiba. Ujian dibagi menjadi dua sesi di laboratorium komputer BPSDM Jabar:

Sesi 1 (08.50 – 10.50 WIB)

a)       Peserta: 15 orang (100% hadir)

b)       Lulus: 10 orang (66,67%)

c)       Tidak lulus: 5 orang (33,33%)

d)       Nilai tertinggi: 88 (atas nama Rini Kania)

Sesi 2 (11.40 – 13.40 WIB)

a)       Peserta: 14 orang hadir (1 tidak hadir karena penugasan)

b)       Lulus: 8 orang (57,14%)

c)       Tidak lulus: 6 orang (42,86%)

d)       Nilai tertinggi: 93 (atas nama Muhammad Aris Wardana)

 

5 Peserta dengan Nilai Tertinggi:

No

Nama

Nilai

Keterangan

1

Sarry Irawati 

93

Lulus sesi 2

2

Alfi Nadia

89

Lulus sesi 2

3

Sekar sari

89

Lulus sesi 2

4

Rini Kania

88

Lulus sesi 1

5

Anita Rahmah

87

Lulus sesi 1


Dari 29 peserta:

ü  Lulus: 18 orang (62,07%)

ü  Tidak lulus: 10 orang (34,48%)

ü  Tidak hadir: 1 orang (3,45%)

Saya sampaikan kepada peserta, “Lulus ujian bukan akhir perjalanan. Justru ini awal tanggung jawab besar mengelola uang rakyat dengan jujur dan kompeten.”

Beberapa peserta yang belum lulus pun tak surut semangat. Mereka bertekad untuk belajar lebih giat dan mengikuti ujian ulang. Saya yakinkan mereka, kompetensi bisa dipelajari, tapi integritas harus ditanamkan.

Pelatihan ini bukan hanya menghasilkan 18 peserta bersertifikat, tapi juga 29 orang ASN yang lebih sadar pentingnya pengadaan yang bersih, efisien, dan berpihak pada masyarakat. Semoga semangat dari Cipageran ini terus menular ke seluruh OPD di Kota Depok dan menjalar ke seluruh Jawa Barat.

Cipageran 18 Juli 2025

Komentar