Cerita Studi Lapangan (STULA) PKA Jawa Barat angkatan I ke Bappedalitbang Kabupaten
Majalengka
Tanggal 19 Juni 2025 menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh para peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Jawa Barat Angkatan 1. Hari itu, para peserta akan melaksanakan Studi Lapangan (STULA) ke Kabupaten Majalengka, tepatnya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Majalengka.
Selepas makan siang di Kampus BPSDM Jawa Barat, sekitar pukul 14.00 WIB,
rombongan peserta yang membawa semangat (dan map dokumen tebal) mulai bergerak.
Bus besar yang membawa rombongan melaju perlahan meninggalkan kawasan BPSDM.
Suasana di dalam bus penuh warna: ada yang tertawa, ada yang menuntaskan materi
diskusi, dan tentu saja ada yang sudah sibuk merencanakan kuliner.
“Eh, jangan lupa ya, nanti kita hunting oleh-oleh Majalengka. Katanya di sana
duriannya nendang!” celetuk seorang peserta di pojok bus, disambut tawa meriah.
Perjalanan menuju Majalengka berlangsung sekitar dua jam. Menyusuri Jalan Tol
Cisumdawu yang siang tsb masih relatif sepi, bus berjalan cepat dan di sepanjang jaln
tampak pemandangan sawah diwilayah sumedang menjadi pemandangan utama. Walau begitu, suasana tetap
santai. Beberapa peserta bahkan sempat tertidur dengan mulut sedikit
terbuka—pemandangan klasik peserta diklat yang kebanyakan energi siang tadi.
Pukul 16.00 WIB, rombongan tiba di Hotel Horison Ultima Kertajati, Majalengka.
Hotelnya nyaman, lokasinya strategis, dan yang paling penting, kamarnya adem!
Para peserta segera check-in dan beristirahat sejenak sebelum agenda malam.
Usai makan malam sekitar
pukul 19.30 WIB, peserta berkumpul di ruang pertemuan hotel untuk melaksanakan
diskusi kelompok. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Kepala Bidang PKM ; Bapak
Asep Syaepulloh, MT.,MM dan Widyaiswara Pendamping, Drs. Budy Hermawan,
M.Si.—Widyaiswara senior yang dikenal “berwawasan luas, bercanda pas, tapi
komentar selalu tajam.”
Diskusi
malam itu berjalan serius namun tetap santai. Para peserta memaparkan hasil
kajian mereka tentang berbagai isu strategis di Bappedalitbang Majalengka.
Mulai dari masalah ketersediaan data, sinkronisasi perencanaan daerah, hingga
peran penelitian dan pengembangan yang belum optimal.
Pak Budy beberapa kali menyisipkan humor cerdas untuk menjaga suasana tetap
segar. “Jangan sampai nanti presentasi besok kayak es krim di pinggir jalan ya,
kelihatan manis di awal, eh, mencair di tengah jalan,” selorohnya, disambut
tawa peserta.
Paparan demi paparan disampaikan. Para peserta menyodorkan solusi inovatif
seperti penerapan SOP data, pengembangan repositori digital penelitian, hingga
roadmap riset tematik daerah. Semua dikemas dengan pendekatan SMART—Specific,
Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound.
Usai diskusi resmi, sebagian peserta masih melanjutkan obrolan santai di area
kafe hotel. Kopi, teh, dan cemilan lokal menemani diskusi yang makin lepas. Ada
yang membahas strategi data, ada yang merancang ide baru, dan ada juga yang
malah sibuk merancang rencana kuliner esok hari.
Malam itu terasa akrab. Di tengah dinginnya malam Majalengka, ada kehangatan
semangat belajar yang begitu kental.
Hari Kedua: Diskusi di Aula BKPSDM Majalengka
Suasana pagi itu cerah. Bus melaju membawa peserta yang wajahnya tampak lebih serius dibanding hari sebelumnya. “Harus fokus hari ini, jangan sampai habis energi gara-gara sarapan kebanyakan,” seloroh seorang peserta sambil tertawa kecil.
Tepat pukul 08.30 WIB, rombongan tiba di Aula BKPSDM Majalengka. Ruangan sudah tertata rapi. Dan ternyata, Kepala Bappedalitbang Majalengka, Bapak Drs. Yayan Somantri, M.Si., sudah hadir terlebih dahulu di aula, bahkan sebelum para peserta datang.
“Wah, ini baru namanya pemimpin teladan, datang sebelum tamu,” celetuk salah satu peserta dengan kagum.
Pak Yayan menyambut rombongan dengan ramah, penuh senyum. Beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, tapi tajam dalam analisis kebijakan.
Acara dibuka secara resmi. Setelah sambutan dari Kepala BKPSDM Majalengka, giliran Pak Yayan yang menyampaikan sambutan. Dalam pemaparannya, beliau menegaskan pentingnya sinergi antarperangkat daerah dan peran Bappedalitbang dalam pembangunan daerah.
“Di era sekarang, bukan lagi soal siapa yang paling hebat, tapi siapa yang bisa paling cepat beradaptasi,” ujar beliau dengan tenang namun tegas.
Diskusi utama pun dimulai. Viky Edya Martina S dan Diky perwakilan peserta PKA yang ditugaskan memaparkan ide-ide kelompok 2 mulai mempresentasikan mulai dari isu utama yang terdiri atas ; Ketersediaan data dan informasi di Bapeda litbang, Sinkronisasi perencanaan daerah dengan perangkat daerah , Peran penelitian dan pengembangan yang belum optimal serta beberapa isu yang dianalisis oleh kelompok 2. Berdasarkan hasil kajian para peserta yang dipandu oleh Widyaiswara serta penguatan dari tenaga alhi dari ITB, Prof Ridwan Sutriadi, maka dihasilkan Solusi berbasis ide antara lain ;
1. Pembangunan Data
Perencanaan Daerah yang komprehensif
2. Sistem Informasi Manajemen
Data
3. Sosialisasi dan Pelatihan
SDM, serta
4. Pemanfaatan ISO 37120
sebagai sumber data dalam penentuan sebuah kebijakan terkait standar Pembangunan
di Majalengka
“Saya suka ide kalian. Beberapa sudah kami rintis, namun kami akui, butuh
percepatan, terutama di soal SDM pengelola data,” ujarnya.
Tak
lupa, beliau juga menegaskan pentingnya peran birokrasi untuk menjadi penggerak
inovasi, bukan sekadar pelaksana teknis.
Di tengah diskusi yang intens itu, Pak Budy kembali menyisipkan guyonan
khasnya, “Saya harap nanti kalau pulang dari sini, ide-ide kalian jangan cuma
masuk slide, tapi juga masuk ke rencana kerja beneran. Jangan sampai cuma jadi
oleh-oleh dari Majalengka, ya.”
Tawa pun kembali pecah di aula.
Usai diskusi, dilakukan sesi foto bersama, disusul penyerahan plakat dan kenang-kenangan.
Perjalanan Pulang dan Refleksi
Dalam perjalanan kembali ke Bandung, suasana bus terasa lebih reflektif. Banyak
peserta yang membahas hal-hal baru yang mereka dapatkan dari STULA ini.
“Pak Yayan itu ya, kalem tapi bertenaga,” komentar salah satu peserta.
“Bener, beliau itu contoh pemimpin yang nggak banyak gaya, tapi isi pidatonya
penuh,” sahut peserta lainnya.
Seorang peserta lain tiba-tiba nyeletuk, “Saya baru paham, ternyata birokrasi
itu bisa juga santai tapi tetap serius. Asal, niatnya sama-sama baik.”
Semua sepakat, STULA kali ini bukan sekadar kunjungan kerja atau pelengkap
diklat, tapi benar-benar menjadi ruang belajar yang membumi dan penuh makna.
Penutup
Mereka bukan hanya belajar teori dan strategi, tapi juga menyaksikan langsung bagaimana birokrasi daerah berinovasi, membangun komitmen, serta menggerakkan perubahan.
Dan di akhir cerita ini, semua peserta sepakat: STULA Majalengka bukan cuma tentang laporan, tapi tentang kisah nyata yang kelak akan mereka ceritakan di setiap ruang kerja, forum birokrasi, bahkan di meja kopi saat berbincang santai.
“Kalau semua daerah semangatnya kayak Majalengka, mungkin kita bisa rehat dari diskusi panjang soal ‘kenapa pembangunan lambat’,” ujar salah satu peserta sambil tertawa kecil, sebelum bus akhirnya masuk kembali ke Kota Bandung.
Bandung, Juni 2025
Catatan yg tertinggal dlm Stula PKA Jabar I
Komentar
Posting Komentar