Wawasan Kebangsaan dalam Pandangan ASN
Pagi ini, Kamis, 14
Agustus 2025, Bandung diselimuti udara sejuk yang khas. Jam menunjukkan pukul
09.45 ketika saya tiba di ruang kelas Zoom Pelatihan Kepemimpinan Administrator
(PKA) Angkatan VI di BPSDM Jawa Barat. Materi yang akan saya bawakan hari ini
adalah Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme, sebuah topik yang selalu memantik
semangat peserta, apalagi ketika dikaitkan dengan peran mereka sebagai ASN di
daerah masing-masing. Peserta yang hadir berasal dari berbagai instansi dan
daerah, total sepuluh orang yang tergabung dalam Kelompok II. Mereka adalah:
1.
H. A. Bunyamin, M.Ag – Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial
Kabupaten Bandung Barat.
2. Drs. Romi Gustav Budiman – Sekretaris Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung
Barat.
3. Tuty Heriyati, SKM, MM – Sekretaris Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung
Barat.
4. Yadi Supriyadi, A.Md., S.E. – Camat Haurwangi, Kabupaten Cianjur.
5. Dandan Hendayana, SP., MP – Kepala Bidang Tanaman, Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur.
6. Drs. Saur Maralatua Situmeang, M.Pd – Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan
Pendidikan Non Formal, Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang.
7. Ahmad Sofyan, S.E – Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin, Dinas Sosial
Kabupaten Deli Serdang.
8. Elah Jamilah, SE.Akt, ME – Kepala Bidang Perbendaharaan, Penatausahaan, dan
Akuntansi, Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Purwakarta.
9. Hendry Iman Hermansyah, S.STP., M.AP – Kepala Bagian Administrasi
Pembangunan, Setda Kota Sukabumi.
10. Rita Handayani, S.IP., M.Si – Kepala Bidang Kebudayaan, Disdikbud Kota
Sukabumi.
Tepat pukul 10.00 saya membuka sesi dengan salam hangat. 'Selamat pagi Bapak dan Ibu, siap menjaga NKRI?' Pertanyaan itu langsung dijawab serempak dengan 'Siap!', meski ada beberapa yang terdengar seperti baru selesai menyeruput kopi. Saya memulai dengan perkenalan singkat dan meminta setiap peserta menyebut nama, jabatan, asal instansi, dan motto hidup. H. A. Bunyamin dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat mengatakan, 'Hidup itu memberi manfaat.' Romi Gustav Budiman dari Kecamatan Batujajar menyampaikan, 'Kalau hidup cuma numpang lewat, tinggalkan karya.' Tuty Heriyati dari Kecamatan Cihampelas berkata, 'Melayani dengan hati, bekerja sepenuh hati.' Yadi Supriyadi dari Kecamatan Haurwangi menyatakan, 'Bekerja adalah ibadah.' Dandan Hendayana dari Dinas TPHKP Cianjur menambahkan, 'Tanamlah kebaikan, panenlah keberkahan.' Saur Maralatua Situmeang dari Dinas Pendidikan Deli Serdang menyampaikan, 'Pendidikan membentuk peradaban.' Ahmad Sofyan dari Dinas Sosial Deli Serdang berkata, 'Kebaikan kecil akan membawa perubahan besar.' Elah Jamilah dari BPKAD Purwakarta menegaskan, 'Integritas adalah kunci kepercayaan.' Hendry Iman Hermansyah dari Setda Kota Sukabumi menyampaikan, 'Rencana yang baik adalah setengah dari kesuksesan.' Rita Handayani dari Disdikbud Kota Sukabumi menutup perkenalan dengan motto, 'Budaya adalah jati diri bangsa.' Suasana menjadi hangat dan penuh tawa ketika beberapa peserta saling menimpali motto rekannya.
Saya mulai memaparkan definisi Wawasan Kebangsaan: cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dengan menekankan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Tujuannya antara lain menjaga keutuhan NKRI, mencegah disintegrasi, meneguhkan identitas bangsa, dan mewujudkan kesejahteraan. Saya mengaitkan materi dengan Pancasila sebagai pedoman, UUD 1945 sebagai landasan hukum, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan yang mempersatukan keberagaman. Saya juga menguraikan tantangan implementasi wawasan kebangsaan di era digital: perkembangan teknologi, radikalisme, polarisasi politik, serta tantangan integritas ASN.
Saya memancing diskusi
dengan bertanya, 'Apa tantangan terbesar menerapkan wawasan kebangsaan di era
digital?' Elah Jamilah menjawab, 'Banyak hoaks yang memecah belah, Pak.
Tantangannya adalah literasi digital ASN.' Hendry Iman Hermansyah menambahkan,
'Polarisasi politik memengaruhi netralitas ASN.' Saya menegaskan pentingnya
menjaga integritas dan netralitas, sesuai nilai-nilai anti korupsi. Rita
Handayani bertanya, 'Apakah kita harus menegur atasan jika ada indikasi
penyalahgunaan wewenang?' Saya menjawab, 'Betul, tapi teguran harus dengan
etika, data, dan prosedur. Jangan pakai nada sinetron.' Jawaban itu memancing
tawa dan membuat suasana semakin hidup.
Wawasan kebangsaan memiliki tujuan yang sangat mendasar bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan pertama adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap berdiri kokoh di tengah arus globalisasi. Keutuhan ini mencakup kesatuan wilayah, kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya, dan kesatuan pertahanan keamanan. Tujuan kedua adalah mencegah disintegrasi bangsa yang bisa muncul akibat perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Dengan wawasan kebangsaan yang kuat, setiap warga negara akan melihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman. Tujuan ketiga adalah meneguhkan identitas bangsa di tengah pengaruh budaya luar yang begitu deras masuk melalui media dan teknologi. Identitas bangsa menjadi perisai yang melindungi nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa. Tujuan keempat adalah mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia melalui pemerataan pembangunan. Wawasan kebangsaan mendorong semua pihak untuk bekerja sama demi terciptanya kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Tujuan kelima adalah menanamkan nilai-nilai kebangsaan seperti cinta tanah air, semangat gotong royong, dan rasa memiliki terhadap negara.
Prinsip wawasan kebangsaan yang utama adalah kesatuan wilayah. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau harus tetap bersatu sebagai satu kesatuan wilayah yang tidak terpisahkan. Prinsip kedua adalah kesatuan politik, yaitu menjaga stabilitas politik yang menjadi fondasi pemerintahan yang kuat. Prinsip ketiga adalah kesatuan ekonomi, di mana seluruh wilayah harus saling mendukung dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Prinsip keempat adalah kesatuan sosial budaya yang menekankan penghormatan terhadap keberagaman budaya, bahasa, dan adat istiadat. Prinsip kelima adalah kesatuan pertahanan keamanan, yang mengandalkan sistem pertahanan rakyat semesta untuk menjaga kedaulatan negara. Tantangan yang dihadapi dalam menerapkan wawasan kebangsaan semakin kompleks di era modern ini. Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak positif dalam mempercepat komunikasi, namun juga memunculkan ancaman berupa penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Hoaks dapat memecah belah persatuan jika tidak ditangani dengan bijak dan cermat. Radikalisme dan ekstremisme juga menjadi tantangan serius yang dapat menggerogoti rasa nasionalisme. Gerakan-gerakan yang bertentangan dengan ideologi Pancasila harus diwaspadai dan dicegah sejak dini. Polarisasi politik yang semakin tajam di masyarakat juga menjadi tantangan yang harus diatasi dengan komunikasi yang sehat dan dialog yang konstruktif. Selain itu, ketahanan ekonomi nasional menghadapi ujian besar akibat persaingan global dan ketidakpastian ekonomi dunia. Pendidikan nilai-nilai kebangsaan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi hambatan dalam memperkuat wawasan kebangsaan. Sebagian masyarakat, khususnya generasi muda, mulai tergerus nilai-nilai kebangsaannya akibat pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. ASN sebagai abdi negara memiliki peran strategis untuk menjadi teladan dalam menerapkan prinsip-prinsip wawasan kebangsaan di lingkungan kerja maupun di masyarakat. Dengan pemahaman yang baik tentang tujuan, prinsip, dan tantangan wawasan kebangsaan, diharapkan setiap ASN dapat menjadi agen perubahan yang mampu menjaga persatuan, memperkuat identitas bangsa, dan membawa kemajuan bagi negara.
Menjelang akhir sesi, saya menjelaskan tugas peserta. Tugas Kelompok: mengidentifikasi tantangan wawasan kebangsaan di daerah masing-masing dan merumuskan solusi kreatif. Tugas Individu: mencari berita kasus korupsi di lembaga atau daerah tertentu dan menganalisis faktor penyebabnya. Saya memberikan tenggat waktu dan format laporan yang jelas. Peserta terlihat antusias, bahkan mulai berdiskusi kelompok sebelum sesi berakhir.
Pukul 11.30, saya menutup
sesi dengan pesan, 'Wawasan kebangsaan bukan hanya materi pelatihan, tapi napas
kita sebagai ASN. Mari jaga persatuan di tengah perbedaan.' Tepuk tangan meriah
menutup pertemuan hari ini. Saya meninggalkan kelas zoom dengan rasa puas, melihat
semangat para peserta yang siap menjadi pemimpin berintegritas di daerahnya.
Bandung, 14 Agustus 2025
Narasi yang bapak susun sangat sistematis, detail, dan hidup. Pembaca bisa membayangkan suasana pelatihan sejak pembukaan hingga penutupan. Bapak berhasil menampilkan dinamika kelas melalui perkenalan motto peserta yang variatif dan interaktif, sehingga kesan kegiatan terasa hangat dan inspiratif.
BalasHapusMateri wawasan kebangsaan yang disampaikan juga jelas, menyentuh aspek definisi, tujuan, prinsip, serta tantangan di era digital. Penyampaian disertai contoh konkret (isu hoaks, polarisasi, integritas ASN) membuatnya relevan dengan kondisi saat ini. Selain itu, adanya interaksi tanya jawab memperlihatkan keterlibatan peserta dan kemampuan fasilitator menjaga suasana.
Penutup narasi terasa kuat, menegaskan bahwa wawasan kebangsaan bukan hanya teori, melainkan nilai yang harus dihidupi oleh ASN. Ini memberikan kesan mendalam dan motivatif.
Pada hari Kamis tanggal 14 Agustus 2025, Pak Budy mengajar materi Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme kepada sepuluh peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) dari berbagai daerah di Indonesia secara daring. Sesi dimulai dengan perkenalan hangat dan peserta membagikan motto hidup masing-masing, menciptakan suasana yang akrab. Pak Budy menjelaskan Wawasan Kebangsaan sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang berfokus pada persatuan dalam keberagaman. Ia menguraikan lima tujuan utamanya, yaitu menjaga keutuhan NKRI, mencegah disintegrasi, meneguhkan identitas, mewujudkan kesejahteraan, dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Diskusi interaktif pun terjadi, membahas tantangan implementasi wawasan kebangsaan di era digital, seperti hoaks dan polarisasi politik. Peserta aktif berbagi pengalaman, dan Pak Budy menekankan pentingnya literasi digital, netralitas ASN, dan menjaga integritas dalam menghadapi tantangan tersebut. Sebagai penutup sesi, Pak Budy memberikan tugas kelompok dan individu yang menuntut peserta untuk mengidentifikasi tantangan dan solusi wawasan kebangsaan di daerah masing-masing, serta menganalisis kasus korupsi. Sesi berakhir dengan meninggalkan kesan mendalam dan semangat tinggi pada para peserta untuk menjadi pemimpin yang berintegritas.
BalasHapusSebuah artikel yang disusun secara efektif dan terstruktur mengkombinasikan teori dan pengalaman nyata ASN dalam membahas wawasan kebangsaan. Ini meningkatkan daya tarik dan pemahaman terhadap tema tersebut, terutama bagi pembaca yang ingin melihat nilai-nilai kebangsaan dalam tindakan, bukan sekadar wacana.
BalasHapusASN bukan hanya sebatas pelayan publik pemerintah atau alat eksekusi program pemerintah, lebih dari itu ASN merupakan garda terdepan dalam mewujudkan tujuan bangsa Indonesia serta nilai - nilai pancasila dalam bernegara. Seperti motto yang disampaikan di atas menjadi ASN adalah pilihan bawha “Hidup itu memberi manfaat”
Saat ini juga tantangan di era digital seperti penyebaran hoaks, radikalisme, dan polarisasi politik. Semua itu menuntut ASN untuk menjadi teladan dalam menjaga persatuan, menebarkan kedamaian, dan menolak perpecahan. Oleh karena itu ASN dituntut adaptif, agile sehingga bisa terus aktif menjaga tanah air melalui kebijakan dan program yang tepat
Materi hari ini membahas wawasan kebangsaan sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang menekankan persatuan dalam keberagaman, dengan tujuan menjaga keutuhan NKRI, mencegah disintegrasi, meneguhkan identitas, serta mewujudkan kesejahteraan. Prinsip utamanya meliputi kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Diskusi peserta menyoroti tantangan di era digital, seperti hoaks, radikalisme, polarisasi politik, dan pengaruh budaya asing, sementara solusi yang ditekankan adalah literasi digital, menjaga netralitas, serta menjunjung integritas ASN. Pada akhirnya, wawasan kebangsaan dipahami bukan sekadar teori, melainkan pedoman sikap yang harus diterapkan ASN dalam tugas dan kehidupan sehari-hari. ~Yuda Fajar Panji Aragani Latsar Angkatan 7 CPNS Kab Bogor~
BalasHapusPenjelasan tentang Wawasan Kebangsaan yang sangat lengkap dan sistematis. Saya akan mencoba merangkum. Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang yang menekankan persatuan dan kesatuan, untuk menjaga keutuhan negara, mencegah disintegrasi, menguatkan identitas bangsa, dan mewujudkan kesejahteraan. Hal ini sangat penting dimiliki seorang ASN, mengingat negara Indonesia memiliki banyak keberagaman, apalagi di era serba digital seperti saat ini. Wawasan kebangsaan memiliki beberapa prinsip untuk menjaga persatuan di negara ini, antara lain kesatuan wilayah, kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya, dan kesatuan pertahanan keamanan. Prinsip tersebut penting dimiliki untuk melawan berbagai tantangan yang bisa mengancam persatuan bangsa.
BalasHapus(Latsar Kab.Bogor7_Ellena Rosmayanti)
Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme merupakan topik yang menarik untuk dibahas dikalangan ASN. Apalagi jika topik tersebut dikemas dengan cara mengajar Bapak Budi Hermawan yang selalu berusaha mencairkan suasana agar peserta tidak merasa gugup dan tegang sehingga materi bisa dengan mudah dipahami oleh para peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan VI di BPSDM Jawa Barat. wawasan kebangsaan yang dijelaskan oleh Bapak Budi memiliki beberapa tujuan meliputi menjaga keutuhan NKRI, mencegah disintegrasi bangsa, meneguhkan identitas bangsa, mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan. namun dalam mewujudkan tujuan tersebut terdapat beberapa tantangan dan ancaman antara lain adanya hoaks, radikalisme, ekstremisme, polarisasi politik dll. sejalan dengan tugas ASN yaitu sebagai perekat bangsa atau memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, maka ASN harus bisa mencari solusi dari permasalahan dan tantangan tersebut sehingga tujuan wawasan kebangsaan bagi kesejahteraan bangsa dan negara dapat terwujud.
BalasHapusAssalamualaikum Wr. Wb. Izin bapakk berkomentar mengenai tulisa bapak dengan topik Wawasan kebangsaan dalam pandangan ASN.
BalasHapusSebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), wawasan kebangsaan tidak boleh dipandang sekadar sebagai konsep normatif, melainkan harus menjadi pedoman dalam setiap langkah pelayanan publik. Pada masa kini, tantangan kebangsaan semakin kompleks, mulai dari pergeseran nilai akibat arus globalisasi, munculnya isu intoleransi, hingga potensi terpecahnya persatuan akibat perbedaan pandangan politik maupun sosial. ASN dituntut untuk tetap menjaga sikap netral, profesional, dan setia pada kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan wawasan kebangsaan yang kuat, ASN mampu menempatkan diri sebagai perekat persatuan serta pelayan publik yang adil dan berintegritas.
Di era digital, wawasan kebangsaan mendapatkan dimensi baru. Arus informasi yang cepat dapat memperkuat kesadaran kebangsaan, tetapi juga berpotensi melemahkan jika tidak disaring secara bijak. ASN dituntut untuk cakap digital, mampu memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan pelayanan, sekaligus menjadi teladan dalam penggunaan media sosial yang sehat, santun, dan mengedepankan nilai persatuan. Prinsip wawasan kebangsaan—seperti cinta tanah air, persatuan dan kesatuan, serta kesetiaan pada Pancasila dan UUD 1945—perlu diinternalisasi dalam setiap tindakan ASN, baik dalam dunia nyata maupun dunia digital. Dengan demikian, ASN bukan hanya pelayan masyarakat, tetapi juga garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah arus digitalisasi yang semakin masif.