Refleksi Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025: Semangat Nasionalisme ASN Jawa Barat Generasi Milenial

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025: Semangat Nasionalisme ASN Jawa Barat Generasi Milenial

 

Tanggal 1 Oktober 2025 kembali menghadirkan momentum penting dalam perjalanan bangsa Indonesia, yaitu Hari Kesaktian Pancasila. Hari ini bukan sekadar catatan di kalender, bukan pula hanya rutinitas upacara yang kita jalani setiap tahun. Lebih dari itu, peringatan Kesaktian Pancasila adalah pengingat kolektif bagi kita semua, terutama para Aparatur Sipil Negara (ASN) generasi milenial di Jawa Barat, bahwa dasar negara kita pernah diuji, bahkan nyaris runtuh, namun tetap tegak berdiri kokoh.

Pancasila bukan hanya rumusan ideologis yang tercatat dalam Pembukaan UUD 1945, tetapi telah terbukti menjadi penopang persatuan ketika bangsa ini diguncang berbagai cobaan. Sejarah mencatat, pada tahun 1965 bangsa Indonesia menghadapi peristiwa kelam yang hampir meruntuhkan sendi kehidupan bernegara. Namun, justru dari situ kita belajar bahwa Pancasila adalah “benteng kebangsaan” yang tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun.

 

ASN Jawa Barat dan Tugas Sejarah

Sebagai ASN, khususnya generasi milenial, kita mungkin tidak lagi menghadapi ancaman kudeta ideologi seperti enam dekade lalu. Tantangan yang kita hadapi hari ini berbeda bentuknya: arus deras globalisasi, derasnya informasi yang membanjiri media sosial, derasnya tuntutan pelayanan publik yang cepat, transparan, dan adaptif. Di tengah derasnya arus itu, posisi kita sebagai penjaga nilai Pancasila justru semakin penting.

ASN Jawa Barat generasi milenial memiliki keunggulan: melek teknologi, kreatif, gesit, terbuka dengan perubahan, dan lebih dekat dengan masyarakat melalui platform digital. Namun, di sisi lain, godaan pragmatisme, gaya hidup instan, serta potensi lupa akar budaya dan sejarah juga besar. Di sinilah Pancasila hadir, bukan sekadar hafalan lima sila, tetapi kompas moral dan etika dalam setiap langkah kerja birokrasi.

 

Refleksi Ringan, Namun Mendalam


Coba kita renungkan sebentar.
Saat kita mengetik laporan di depan komputer, apa hubungannya dengan Pancasila? Saat kita menyiapkan materi pelayanan publik, apa relevansinya dengan Pancasila?

Jawabannya sederhana: semua ada kaitannya.

a)    Ketika kita berbuat adil kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan, di situlah sila ke-5 “Keadilan Sosial” hidup dalam diri kita.

b)   Saat kita memberikan pelayanan dengan ikhlas, memandang setiap warga sebagai saudara sebangsa, di situlah sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” bekerja nyata.

c)   Ketika kita menjaga harmoni, tidak menyebarkan ujaran kebencian, dan menghargai keberagaman di kantor maupun di masyarakat, kita sedang menghidupi sila ke-3 “Persatuan Indonesia”.

d)       Bahkan, ketika kita menyalurkan aspirasi melalui forum musyawarah, diskusi tim kerja, atau rapat koordinasi, kita sedang mengamalkan sila ke-4 “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”.

e)       Dan tentu saja, ketika kita melaksanakan tugas dengan dilandasi keimanan dan takwa sesuai agama yang dianut, di situlah sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” memberi arah hidup.

Artinya, Pancasila bukan sesuatu yang jauh di awang-awang. Ia nyata, dekat, bahkan menyatu dalam setiap aktivitas kita sehari-hari sebagai ASN.

 

Semangat Milenial: Dari Gedung Sate ke Nusantara

Sebagai ASN Jawa Barat, kita punya simbol kebanggaan: Gedung Sate. Dari sinilah roda pemerintahan provinsi bergerak, dari sinilah berbagai kebijakan publik disusun untuk kemaslahatan masyarakat. Namun, Gedung Sate bukan hanya ikon arsitektur, melainkan juga simbol bahwa kita adalah pelayan rakyat.

Bayangkan sejenak:
ASN milenial di Jawa Barat yang bekerja dengan semangat Pancasila ibarat energi baru yang memancar dari Gedung Sate ke seluruh penjuru nusantara. Kita bukan lagi birokrat kaku yang hanya bekerja berdasarkan perintah atasan, tetapi agen perubahan yang mampu menghubungkan nilai-nilai luhur Pancasila dengan inovasi pelayanan publik era digital.

Misalnya, saat kita merancang aplikasi pelayanan daring yang memudahkan masyarakat desa terpencil mengurus administrasi, itu sejatinya adalah perwujudan sila ke-5. Saat kita menyusun konten edukasi di media sosial tentang anti-hoaks, itu adalah perwujudan sila ke-3. Ketika kita menginisiasi gerakan berbagi literasi digital untuk anak-anak muda, itu adalah perwujudan sila ke-2.

Jadi, Pancasila tidak berhenti pada naskah sejarah, melainkan terus bergerak melalui kreativitas ASN muda yang adaptif.

 Tantangan Era Digital: Kesaktian Pancasila Diuji Kembali

Jika di tahun 1965 Pancasila diuji oleh ideologi asing, maka di tahun 2025 Pancasila diuji oleh banjir informasi dan budaya instan. Fenomena “cancel culture”, berita bohong, intoleransi digital, hingga ujaran kebencian yang mudah viral di media sosial menjadi ancaman serius.

Di sinilah ASN, terutama generasi milenial, perlu menjawab dengan literasi digital berbasis Pancasila.

a)       Saring sebelum sharing.

b)       Mengedepankan musyawarah digital, bukan debat kusir.

c)       Menjadi role model etika di ruang virtual.

Bila dulu generasi 1965 mempertahankan Pancasila dengan darah dan air mata, maka generasi milenial mempertahankannya dengan klik, posting, dan narasi positif. Kesaktian Pancasila kini diuji bukan di medan tempur fisik, melainkan di medan pertempuran wacana.

Menyalakan Api Nasionalisme

Hari Kesaktian Pancasila 2025 harus menjadi momentum untuk menyalakan kembali api nasionalisme ASN Jawa Barat. Nasionalisme kita bukanlah chauvinisme yang menutup diri, melainkan nasionalisme cerdas yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain sambil tetap memegang jati diri.

ASN milenial Jawa Barat perlu menyadari bahwa:

  1. Kita adalah garda terdepan pelayanan publik. Artinya, setiap tindak tanduk kita menjadi wajah negara di mata masyarakat.
  2. Kita adalah penjaga integritas. Godaan korupsi, gratifikasi, dan penyalahgunaan wewenang selalu ada. Pancasila harus menjadi pagar moral.
  3. Kita adalah motor inovasi. Tanpa kreativitas, birokrasi akan tertinggal. Semangat “Jabar Juara Lahir Batin” hanya mungkin tercapai jika ASN milenial berani membawa pembaruan.

 

Penutup: Janji ASN Jawa Barat

Mari jadikan 1 Oktober 2025 bukan sekadar upacara rutin, tetapi janji bersama. Janji bahwa kita, ASN Jawa Barat generasi milenial, akan menjadikan Pancasila sebagai:

a)       Landasan berpikir dalam menyusun kebijakan.

b)       Landasan bersikap dalam melayani masyarakat.

c)       Landasan bertindak dalam menghadapi tantangan global.

Kesaktian Pancasila adalah milik semua generasi. Tugas kita adalah merawatnya, menafsirkan ulang sesuai zaman, dan menerapkannya dalam kerja nyata. Dengan begitu, kita bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi pelanjut sejarah.

Seperti api unggun yang tidak boleh padam, semangat nasionalisme kita sebagai ASN Jawa Barat harus terus menyala. Dari kantor kecil di pelosok kabupaten hingga gedung besar di pusat pemerintahan provinsi, dari layar komputer hingga interaksi tatap muka dengan masyarakat, Pancasila harus hidup dalam setiap detik pengabdian kita.

Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025.
Mari bersama-sama kita buktikan bahwa ASN Jawa Barat generasi milenial adalah garda terdepan dalam menjaga kesaktian Pancasila di era digital.

 

Penulis

Seorang Widyaiswara di BPSDM Jawa Barat yang diberi Amanah sebagai

Ketua DPD Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia Jawa Barat

Komentar