Refleksi Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025: Semangat Nasionalisme ASN Jawa Barat Generasi Milenial

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025: Semangat Nasionalisme ASN Jawa Barat Generasi Milenial

 

Tanggal 1 Oktober 2025 kembali menghadirkan momentum penting dalam perjalanan bangsa Indonesia, yaitu Hari Kesaktian Pancasila. Hari ini bukan sekadar catatan di kalender, bukan pula hanya rutinitas upacara yang kita jalani setiap tahun. Lebih dari itu, peringatan Kesaktian Pancasila adalah pengingat kolektif bagi kita semua, terutama para Aparatur Sipil Negara (ASN) generasi milenial di Jawa Barat, bahwa dasar negara kita pernah diuji, bahkan nyaris runtuh, namun tetap tegak berdiri kokoh.

Pancasila bukan hanya rumusan ideologis yang tercatat dalam Pembukaan UUD 1945, tetapi telah terbukti menjadi penopang persatuan ketika bangsa ini diguncang berbagai cobaan. Sejarah mencatat, pada tahun 1965 bangsa Indonesia menghadapi peristiwa kelam yang hampir meruntuhkan sendi kehidupan bernegara. Namun, justru dari situ kita belajar bahwa Pancasila adalah “benteng kebangsaan” yang tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun.

 

ASN Jawa Barat dan Tugas Sejarah

Sebagai ASN, khususnya generasi milenial, kita mungkin tidak lagi menghadapi ancaman kudeta ideologi seperti enam dekade lalu. Tantangan yang kita hadapi hari ini berbeda bentuknya: arus deras globalisasi, derasnya informasi yang membanjiri media sosial, derasnya tuntutan pelayanan publik yang cepat, transparan, dan adaptif. Di tengah derasnya arus itu, posisi kita sebagai penjaga nilai Pancasila justru semakin penting.

ASN Jawa Barat generasi milenial memiliki keunggulan: melek teknologi, kreatif, gesit, terbuka dengan perubahan, dan lebih dekat dengan masyarakat melalui platform digital. Namun, di sisi lain, godaan pragmatisme, gaya hidup instan, serta potensi lupa akar budaya dan sejarah juga besar. Di sinilah Pancasila hadir, bukan sekadar hafalan lima sila, tetapi kompas moral dan etika dalam setiap langkah kerja birokrasi.

 

Refleksi Ringan, Namun Mendalam


Coba kita renungkan sebentar.
Saat kita mengetik laporan di depan komputer, apa hubungannya dengan Pancasila? Saat kita menyiapkan materi pelayanan publik, apa relevansinya dengan Pancasila?

Jawabannya sederhana: semua ada kaitannya.

a)    Ketika kita berbuat adil kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan, di situlah sila ke-5 “Keadilan Sosial” hidup dalam diri kita.

b)   Saat kita memberikan pelayanan dengan ikhlas, memandang setiap warga sebagai saudara sebangsa, di situlah sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” bekerja nyata.

c)   Ketika kita menjaga harmoni, tidak menyebarkan ujaran kebencian, dan menghargai keberagaman di kantor maupun di masyarakat, kita sedang menghidupi sila ke-3 “Persatuan Indonesia”.

d)       Bahkan, ketika kita menyalurkan aspirasi melalui forum musyawarah, diskusi tim kerja, atau rapat koordinasi, kita sedang mengamalkan sila ke-4 “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”.

e)       Dan tentu saja, ketika kita melaksanakan tugas dengan dilandasi keimanan dan takwa sesuai agama yang dianut, di situlah sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” memberi arah hidup.

Artinya, Pancasila bukan sesuatu yang jauh di awang-awang. Ia nyata, dekat, bahkan menyatu dalam setiap aktivitas kita sehari-hari sebagai ASN.

 

Semangat Milenial: Dari Gedung Sate ke Nusantara

Sebagai ASN Jawa Barat, kita punya simbol kebanggaan: Gedung Sate. Dari sinilah roda pemerintahan provinsi bergerak, dari sinilah berbagai kebijakan publik disusun untuk kemaslahatan masyarakat. Namun, Gedung Sate bukan hanya ikon arsitektur, melainkan juga simbol bahwa kita adalah pelayan rakyat.

Bayangkan sejenak:
ASN milenial di Jawa Barat yang bekerja dengan semangat Pancasila ibarat energi baru yang memancar dari Gedung Sate ke seluruh penjuru nusantara. Kita bukan lagi birokrat kaku yang hanya bekerja berdasarkan perintah atasan, tetapi agen perubahan yang mampu menghubungkan nilai-nilai luhur Pancasila dengan inovasi pelayanan publik era digital.

Misalnya, saat kita merancang aplikasi pelayanan daring yang memudahkan masyarakat desa terpencil mengurus administrasi, itu sejatinya adalah perwujudan sila ke-5. Saat kita menyusun konten edukasi di media sosial tentang anti-hoaks, itu adalah perwujudan sila ke-3. Ketika kita menginisiasi gerakan berbagi literasi digital untuk anak-anak muda, itu adalah perwujudan sila ke-2.

Jadi, Pancasila tidak berhenti pada naskah sejarah, melainkan terus bergerak melalui kreativitas ASN muda yang adaptif.

 Tantangan Era Digital: Kesaktian Pancasila Diuji Kembali

Jika di tahun 1965 Pancasila diuji oleh ideologi asing, maka di tahun 2025 Pancasila diuji oleh banjir informasi dan budaya instan. Fenomena “cancel culture”, berita bohong, intoleransi digital, hingga ujaran kebencian yang mudah viral di media sosial menjadi ancaman serius.

Di sinilah ASN, terutama generasi milenial, perlu menjawab dengan literasi digital berbasis Pancasila.

a)       Saring sebelum sharing.

b)       Mengedepankan musyawarah digital, bukan debat kusir.

c)       Menjadi role model etika di ruang virtual.

Bila dulu generasi 1965 mempertahankan Pancasila dengan darah dan air mata, maka generasi milenial mempertahankannya dengan klik, posting, dan narasi positif. Kesaktian Pancasila kini diuji bukan di medan tempur fisik, melainkan di medan pertempuran wacana.

Menyalakan Api Nasionalisme

Hari Kesaktian Pancasila 2025 harus menjadi momentum untuk menyalakan kembali api nasionalisme ASN Jawa Barat. Nasionalisme kita bukanlah chauvinisme yang menutup diri, melainkan nasionalisme cerdas yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain sambil tetap memegang jati diri.

ASN milenial Jawa Barat perlu menyadari bahwa:

  1. Kita adalah garda terdepan pelayanan publik. Artinya, setiap tindak tanduk kita menjadi wajah negara di mata masyarakat.
  2. Kita adalah penjaga integritas. Godaan korupsi, gratifikasi, dan penyalahgunaan wewenang selalu ada. Pancasila harus menjadi pagar moral.
  3. Kita adalah motor inovasi. Tanpa kreativitas, birokrasi akan tertinggal. Semangat “Jabar Juara Lahir Batin” hanya mungkin tercapai jika ASN milenial berani membawa pembaruan.

 

Penutup: Janji ASN Jawa Barat

Mari jadikan 1 Oktober 2025 bukan sekadar upacara rutin, tetapi janji bersama. Janji bahwa kita, ASN Jawa Barat generasi milenial, akan menjadikan Pancasila sebagai:

a)       Landasan berpikir dalam menyusun kebijakan.

b)       Landasan bersikap dalam melayani masyarakat.

c)       Landasan bertindak dalam menghadapi tantangan global.

Kesaktian Pancasila adalah milik semua generasi. Tugas kita adalah merawatnya, menafsirkan ulang sesuai zaman, dan menerapkannya dalam kerja nyata. Dengan begitu, kita bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi pelanjut sejarah.

Seperti api unggun yang tidak boleh padam, semangat nasionalisme kita sebagai ASN Jawa Barat harus terus menyala. Dari kantor kecil di pelosok kabupaten hingga gedung besar di pusat pemerintahan provinsi, dari layar komputer hingga interaksi tatap muka dengan masyarakat, Pancasila harus hidup dalam setiap detik pengabdian kita.

Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025.
Mari bersama-sama kita buktikan bahwa ASN Jawa Barat generasi milenial adalah garda terdepan dalam menjaga kesaktian Pancasila di era digital.

 

Penulis

Seorang Widyaiswara di BPSDM Jawa Barat yang diberi Amanah sebagai

Ketua DPD Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia Jawa Barat

Komentar

  1. Terimakasih bapak atas tulisan yang sangat insighfull, dari tulisan ini saya mendapatkan pemahaman bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan sekadar ritual tahunan, melainkan pengingat agar nilai-nilai Pancasila selalu hidup dalam tindakan nyata saya sebagai ASN generasi Z di era digital. Saya memahami bahwa setiap langkah keci melalui pelayanan publik yang adil, sikap toleran terhadap keberagaman, maupun penyebaran informasi yang benar merupakan bentuk pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

    Akhirnya saya ber muhasabah untuk lebih konsisten dalam menjadikan Pancasila sebagai landasan etika dalam pekerjaan, bukan hanya sebagai teori. Saya perlu menjaga integritas dan tanggung jawab, terutama ketika dihadapkan godaan penyimpangan, dan lebih aktif menjadi agen positif dalam media digital agar semangat nasionalisme dan kesaktian Pancasila tidak padam di zaman informasi ini

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas tulisan yang sangat berwawasan, Pak. Saya mendapat pemahaman bahwa Hari Kesaktian Pancasila lebih dari sekadar upacara tahunan; ini adalah pengingat konstan bahwa nilai-nilai Pancasila harus terwujud dalam tindakan nyata saya sebagai ASN Generasi Z di era digital.

    Saya menyadari bahwa mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berarti melakukan langkah-langkah konkret, seperti memberikan pelayanan publik yang adil, bersikap toleran terhadap keberagaman, dan menyebarkan informasi yang benar.

    Akhirnya, saya berkomitmen untuk konsisten menjadikan Pancasila sebagai etika kerja dan bukan hanya teori. Saya merasa perlu untuk selalu menjaga integritas dan tanggung jawab, terutama saat menghadapi godaan penyimpangan, serta aktif menjadi agen positif di media digital agar semangat nasionalisme dan kesaktian Pancasila tetap hidup di era informasi ini

    BalasHapus
  3. Tetap semangat pak untuk menulis. saya setuju dengan penekanan bahwa Pancasila bukan sekadar hafalan lima sila, tetapi kompas moral dalam kerja birokrasi, sangat mengena. ASN hari ini tidak lagi menghadapi ancaman ideologi seperti tahun 1965, tetapi justru diuji oleh derasnya arus informasi, gaya hidup instan, dan godaan pragmatisme. Di sinilah Pancasila hadir sebagai penuntun sikap, bukan hanya simbol negara.

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas tulisan yang insipiratif dan penuh makna ini Pak. Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya seremoni belaka, bukan juga hanya memperingati Pancasila saja tetapi memiliki makna yang lebih dari itu yaitu sebagai pengingat kalau apa yang kita lakukan setiap hari merupakan pengamalan dari Pancasila itu sendiri. Segala hal yang kita lakukan tentu saja berkaitan dengan Pancasila, tanpa kita sadari Pancasila sudah menyatu dalam setiap aktivitas kita sehari-hari terutama aktivitas kita sebagai ASN. Memang sudah seharusnya kita menjadikan Pancasila sebagai landasan kita untuk berpikir, bersikap dan bertindak; sehingga membuat saya mengevaluasi diri agar lebih sering mengamalkan Pancasila di kehidupan sehari-hari termasuk saat bekerja sebagai ASN. Saya merasa harus bisa lebih bertanggungjawab, disiplin, jujur dan berintegritas tinggi terutama di era serba digital ini sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik kepada publik.

    BalasHapus
  5. Terima kasih atas tulisan yang sangat bermanfaat dan penuh makna ini Pak. Artikel ini mengingatkan kita bahwa Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya upacara, tapi juga pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pesannya relevan bagi kami ASN muda untuk menjadi teladan, baik dalam pelayanan publik maupun sikap di dunia digital. Dengan langkah sederhana seperti berlaku adil, menjaga toleransi, dan menyebarkan hal positif, nilai Pancasila bisa benar-benar hidup di tengah masyarakat.
    Nilai Pancasila harus tetap dijaga di tantangan era digital. Pancasila memberi kesadaran bahwa setiap layanan publik adalah wujud pengamalan Pancasila.
    Pancasila dijadikan pagar moral agar ASN terhindar dari perilaku KKN atau sikap diskriminatif. Pancasila menjadi peringatan dalam menghadapi godaan gaya hidup instan. ASN diarahkan untuk aktif melawan hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi dengan narasi positif. Hal ini membuka ruang bagi ASN milenial untuk lebih kreatif dan adaptif dalam melayani masyarakat.

    BalasHapus
  6. "Seperti api unggun yang tidak boleh padam, semangat nasionalisme kita sebagai ASN Jawa Barat harus terus menyala. Dari kantor kecil di pelosok kabupaten hingga gedung besar di pusat pemerintahan provinsi, dari layar komputer hingga interaksi tatap muka dengan masyarakat, Pancasila harus hidup dalam setiap detik pengabdian kita."
    Saya sangat setuju dengan pengibaratan bapak, bahwa dari sejarah terjadinya hari kesaktian pancasila ini harus dimaknai lebih dalam. Dimana para tokoh-tokoh terdahulu merancang PANCASILA dengan penuh pertimbangan, demi terciptanya pedoman negar yang kuat. Namun gaya penulisan Bapak juga ringan tapi penuh makna, sehingga mudah dipahami. Nilai-nilai luhur yang disampaikan sangat cocok dijadikan bahan renungan bagi seluruh ASN untuk terus berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. Namun banyaknya ancaman dari luar dan dalam menjadi tantangan tersendiri bagi negara kita tercinta, dan semoga kita sebagai generasi muda dapat terus lurus dan tidak terkontaminasi oleh contoh yang kurang baik di sekitar kita.
    Semoga tulisan seperti ini terus hadir secara konsisten untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya semangat kebangsaan di lingkungan birokrasi. Terima kasih atas refleksi berharga ini, Pak Budi.

    BalasHapus
  7. Sebelumnya banyak terimakasih pak tulisan ini sangat inspiratif, isinya mengingatkan kita bahwa hari Kesaktian Pancasila bukan cuma upacara tahunan tapi juga untuk memperkuat semangat kebangsaan bagi ASN di Jawa Barat. kemudian saya sangat setuju generasi milenial ASN punya peran besar untuk mejaga nilai nilai Pancasila di tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman. Terima kasih banyak Pak Budi.

    BalasHapus
  8. Terima kasih atas ilmu yang sudah dibagikan Pak Budi.

    Saya merasa tertantang dengan hal baru yang saya dapatkan, yaitu pentingnya tantangan di dalam dunia ASN, khususnya pada penerapan sebuah nilai nilai pancasila di era digitalisasi bersama generasi ASN Milinial.

    Di sini sebuah dorongan untuk saya pentingnya adaptif di dalam segala kejadian yang sekarang, dan pentingnya rasa berpikir kritis pada era informasi yang terlalu banyak, seperti baikya menyaring sebuah berita dan memaknainya.

    Saya sepakat, ilmu dari nilai nilai pacasila harus dilatih kepada generasi generasi ASN Milinear demi mencapat birokrasi yang lebih baik.

    Terima kasih Pak Budi.

    BalasHapus
  9. Terima kasih Atas artikelnya yang sangat penuh ilmu. Pada artikel tersebut sangat menyadarkan saya betapa pentingnya Pancasila sebagai dasar dari apa yang saya perbuat karena seperti yang bapak jelaskan Pancasila sangat melekat pada kehidupan sehari-hari kita. apakah perbuatan kita sudah selaras dengan Pancasila atau bahkan kebalikannya. Tentu, ini menjadi renungan kita sebagai ASN menjadikan Pancasila sebagai landasan dasar dalam melayani masyarakat.
    Terima kasih pak Budi
    Latsar_Majalengka9_6_Agum Ihda Mubarok

    BalasHapus
  10. Terimakasih atas artikel yang bapak bagikan sangat banyak manfaatnya, inspiratif dan penuh makna ini.
    Dengan itu kita menyadari bahwa hari kesaktian pancasila tidak cukup di lewati dengan ceremonial saja tetapi juga harus diamalakan dalam kehidupan. Hari Kesaktian Pancasila mengajak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap sila Pancasila. Kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. seperti diantaranya menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong, mengutamakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan permasalahan, mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan, memperkuat persatuan, dan mengenang pahlawan dengan cara mengunjungi makam para pahlawan hingga monumen yang mengenang perjuangan para Pahlawan dalam menjaga Pancasila. Bagi ASN refleksi Hari Kesaktian Pancasila harus menumbuhkan kesadaran baru bagi kita semua. Bahwa mengamalkan Pancasila hari ini berarti menghadirkan kerja-kerja pelayanan yang akuntabel, memperkuat toleransi, serta ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup. Itulah wujud pengabdian kita bagi Indonesia.
    Latsar_Majalengka9_19_Fuzi Yustika Dewi

    BalasHapus
  11. baacan materinyang berjudul Refleksi Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025” karya Bapa mengajak kita untuk menjadikan peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan sekadar seremoni, melainkan momen refleksi bagi ASN, khususnya generasi milenial Jawa Barat, agar menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. dindalam materi pun membahas tantangan zaman digital seperti hoaks, ujaran kebencian, dan budaya instan yang dapat mengikis semangat kebangsaan, serta menekankan pentingnya inovasi, etika, dan pelayanan publik yang adil sebagai wujud pengamalan Pancasila. Permasalahan utama yang diangkat adalah kesenjangan antara idealisme nilai dengan praktik birokrasi yang kadang belum sejalan. Sebagai pembaca, kita diajak untuk tidak hanya memahami Pancasila sebagai konsep, tetapi juga menghidupkannya melalui tindakan nyata, menjadi pribadi yang jujur, berintegritas, dan berkontribusi positif bagi bangsa di era modern ini.Latsar_Majalengka9_36_syifa fauzia

    BalasHapus
  12. Terimakasih atas artikel yang Bapak tulis sangat bermakna. Artikel yang merumuskan kembali makna Hari Kesaktian Pancasila dari sekadar upacara rutin menjadi sebuah komitmen aksi nyata bagi ASN generasi milenial. Artikel ini adalah seruan yang kuat dan relevan yang berhasil menyatukan nilai-nilai sejarah dengan tantangan kontemporer. Materi yang Bapak berikan sangat baik untuk menyalakan kembali api nasionalisme dan integritas di kalangan ASN muda, membuktikan bahwa Kesaktian Pancasila terus hidup dan relevan di tengah derasnya arus era digital.
    Latsar_Majalengka9_20_Laela Novitasari

    BalasHapus
  13. Tulisan yang menarik, terima kasih Bapak untuk tulisannya . Tulisan ini menyadarkan kita akan pentingnya nilai historis dan ideologis di balik peringatan Kesaktian Pancasila, yang bukan sekadar seremoni, melainkan momen reflektif atas keteguhan dasar negara. Pancasila relevan tidak hanya di masa lalu, tetapi juga sebagai pedoman hidup masa kini dan masa depan, terutama bagi generasi muda ASN yang merupakan pemegang estafet kepemimpinan bangsa di depan. Di tengah kemajuan teknologi yang membuka peluang inovasi, ASN milenial juga menghadapi tantangan seperti pragmatisme dan potensi melupakan budaya serta sejarah. Oleh karena itu, tulisan ini menjadi motivasi dan refleksi agar ASN muda tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan tugas dan pelayanan publik. -Latsar_Majalengka9_32_Sahadewi Nurul Hidayati

    BalasHapus
  14. artikel yg bapak tulis sangat menarik. tgl 1 oktober tidak hanya sebagai hari peringatan namun membuat kita menginggat kembali bagaimana perjuangan para pahlawan demi kemerdekaan indonesi. kita sebagai warna negara harus bisa menjaga dan melindunginya jangan sampe kita tidak menghargai perjungan para pahlawan, apalagi di era teknologi saat ini mudah sekali pengaruh dari bangsa asing masuk ke dalam negeri kita sebagai warga negara harus bisa menyaring mana yg boleh dan mana yang tidak boleh jangan sampe kita menerima semua perubahan dari bangasa asing itu.Pancasila sebagai landasan kita untuk berpikir, bersikap dan bertindak; sehingga membuat saya mengevaluasi diri agar lebih sering mengamalkan Pancasila di kehidupan sehari-hari termasuk saat bekerja sebagai ASN. Saya merasa harus bisa lebih bertanggungjawab, disiplin, jujur dan berintegritas tinggi terutama di era serba digital ini sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik kepada publik. banyak yg bisa kita lakukan apalagi kita sebagai ASN merupakan kewajiban kita untuk melindungi dan menjaganya.Pancasila sebagai landasan kita untuk berpikir, bersikap dan bertindak; sehingga membuat saya mengevaluasi diri agar lebih sering mengamalkan Pancasila di kehidupan sehari-hari termasuk saat bekerja sebagai ASN. Saya merasa harus bisa lebih bertanggungjawab, disiplin, jujur dan berintegritas tinggi terutama di era serba digital ini sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik kepada publik.
    Latsar_Majalengka9_23_Mela Nur Imana

    BalasHapus
  15. Artikel ini sangat menarik, berisi tentang Hari Kesaktian Pancasila dan mengapa Pancasila itu sangat penting untuk kita, terutama ASN muda. Pancasila itu bukan cuma cerita sejarah, melainkan aturan main harian kita. Contohnya Melayani orang tanpa pilih-pilih, itu artinya kita sudah menjalankan sila Keadilan Sosial. Contoh lainnya adalah kita menjaga persatuan dan nggak ikut nyebar hoaks di media sosial, itu artinya kita mengamalkan sila Persatuan Indonesia. Intinya, di era media sosial dan teknologi ini, ASN muda harus menjadi pahlawan digital. Jangan cuma ngurusin like atau share di medsos, tapi harus pintar menyaring informasi (Saring sebelum sharing) dan menggunakan teknologi untuk berbuat baik—misalnya bikin aplikasi yang bantu masyarakat. Pancasila adalah kompas kita. Selama kita pegang teguh nilai-nilai itu dalam setiap tugas dan postingan di internet, kita sudah ikut menjaga kesaktian Pancasila.
    Latsar_Majalengka_12_Deliana Mandasari

    BalasHapus
  16. Hari Kesaktian Pancasila mengingatkan kita bahwa Pancasila adalah benteng bangsa yang harus terus dijaga, bukan hanya dihafalkan. Bagi ASN Jawa Barat generasi milenial, Pancasila menjadi pedoman kerja dan moral dalam melayani masyarakat dengan adil, berintegritas, dan berempati.
    Di era digital, tantangan tidak lagi berupa senjata, tetapi hoaks, intoleransi, dan budaya instan. ASN harus menjadi teladan digital dengan menyaring informasi, menjaga persatuan, dan menebarkan nilai-nilai Pancasila melalui inovasi pelayanan publik.
    Kesaktian Pancasila kini diuji di dunia nyata dan maya. Tugas ASN milenial adalah membuktikan bahwa Pancasila tetap hidup dalam tindakan nyata — bekerja jujur, melayani sepenuh hati, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
    -Latsar_Majalengka9_9_Asif Yusuf Setyawan

    BalasHapus
  17. pelajaran yang bisa saya ambil dari artikel tersebut antara lain tanggal 1 Oktober merupakan pengingat bahwa kita berhasil mempertahankan ideologi pancasila dari ancaman ideologi lain.
    meskipun tantangan kita kini berbeda, tapi peran ASN sebagai
    penjaga nilai pancasila tidak berubah. apalagi dengan ancaman yang semakin halus menerpa generasi-generasi baru. mulai dari pragmatisme, gaya hidup instan, serta potensi lupa akar budaya dan sejarah bangsa sendiri. lalu apa yang bisa kita lakukan? salah satunya dengan menjadikan pancasila kompas moral dan etika. dengan merefleksikan kegiatan kita sehari-hari baik sebagai ASN pelayan publik maupun sebagai diri kita pribadi. dengan merefleksikan hal-hal tersebut, dan mengaitkannya dengan nilai-nilai pancasila sebagai kompas moral. maka kita juga berperan dalam memupuk dan memelihara kelangsungan nilai-nilai pancasila pada generasi kita.

    BalasHapus

Posting Komentar